ConocoPhillips dan Chevron Jual Saham Blok Migas Natuna

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas, Djoko Siswanto, hari Jumat (11/12), mengatakan Pemerintah Indonesia telah menerima permintaan tertulis dari perusahaan energi Amerika Serikat, ConocoPhillips dan Chevron Corp, untuk menjual kepemilikan saham mereka di blok minyak dan gas South Natuna Sea Block B.

Djoko Siswanto mengatakan beberapa perusahaan telah menyatakan ketertarikan untuk memiliki saham tersebut. Namun dia tidak menjelaskan rinciannya. 

Sementara itu, Manajemen PT Pertamina (Persero) tengah mengkaji rencana pembelian hak partisipasi (participating interest/PI) ConocoPhillips dan Chevron Pacific Indonesia di wilayah kerja migas Blok B Laut Natuna Selatan, di Kepulauan Riau.

Hal itu dilakukan setelah keputusan manajemen ConocoPhillips dan Chevron yang akan menjual hak partisipasinya dalam waktu dekat.

"Minat memang ada tapi kami sedang evaluasi," kata Senior Vice President Upstream Strategic Planning and Operation Evaluation (USPOE) Pertamina, Meidawati, seperti dikutip CNN Indonesia, belum lama ini.

Dia menambahkan, untuk memuluskan rencana pembelian PI tersebut Pertamina telah menugaskan satu tim untuk mengkaji segala faktor bisnis.  “Kami tahu kandungan CO2-nya (di Blok B) sangat tinggi. Tapi kalau soal penawaran, nanti saya akan beri tahu," katanya.

ConocoPhillips saat ini memegang  40 persen kepemilikan operasional dalam kontrak bagi hasil Blok B Laut Natuna Selatan, sementara Inpex memegang 35 persen dan Chevron memegang 25 persen.

Blok B mulai berproduksi pada tahun 1979. Menurut situs ConocoPhillips, produksi bersih Blok B tahun 2014 sebanyak 5.000 barel minyak mentah per hari (BPD), 117 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) gas dan 4.000 barel per hari gas alam cair (LNG). Produksi LNG blok ini terikat kontrak penjualan jangka panjang yang dialirkan melalui pipa ke Malaysia dan Singapura.

Blok B adalah salah satu dari dua aset blok migas milik ConocoPhillips di Indonesia. Satu lagi adalah Blok Koridor (onshore) di Sumatera Selatan. (reuters)

Editor : Eben E. Siadari