Contractual dan Covenantal Relationship
Orang pindah kerja tak hanya karena gaji.
SATUHARAPAN.COM – Waktu mengikuti pelatihan di perusahaan baru istri saya bertemu dengan teman-temannya di perusahaan lama. Dia heran mengapa mereka—orang-orang kunci di perusahaan lama itu—pindah ke tempat baru.
”Ibu tahulah suasana perusahaan itu sekarang sepeninggal owner, untuk apa bertahan di situ kalau kita tahu bahwa kita tidak akan berkembang,” kata istri saya menirukan penuturan mereka, ”perusahaan itu bisa saja tinggal nama kalau para pemimpin tidak berubah.”
Banyak pemimpin salah kaprah mengenai alasan seseorang meninggalkan perusahaan. Mereka berpikir itu masalah uang semata. ”Money is important but money can’t buy loyalty,” demikian kesimpulan penelitian Gallup. Penelitian Gallup dan Ernst & Young menyimpulkan bahwa atmosfer kerja termasuk dalam lima faktor utama seseorang mengundurkan diri.
Menciptakan atmosfer kerja yang sehat adalah suatu keharusan. Memperbaiki relasi antara pekerja dan pemimpin, serta sesama pekerja (senior dengan yunior) harus dilakukan. Misalnya, mengubah arogansi menjadi kerendahan hati, relasi superficial menjadi relasi yang dalam, fokus demi diri sendiri menjadi fokus demi kebaikan tim, menerapkan nilai-nilai pribadi dan perusahaan dalam kehidupan pekerjaan, menanamkan kepercayaan daripada kecurigaan, menghargai pendapat orang lain, mengambil keputusan yang akomodatif, dan masih banyak lagi.
Ada dua tipe relasi kerja menurut Max De Pree dalam Leadership is an Art, yaitu contractual relationship dan covenantal relationship. Contractual relationship memandang dan berelasi dengan orang lain sebatas urusan bisnis, tak lebih dari kontrak kerja; covenantal relationship memandang orang lain sebagai seorang pribadi.
Atmosfer kerja yang sehat akan terjadi dalam covenantal relationship. Di dalamnya setiap pribadi menjadi akuntabel dan otentik. Di dalamnya kasih, kejujuran, kebenaran, dan keadilan menjadi nyata. Di dalamnya kita menerima kesalahan dan memberi kesempatan untuk berubah. Kita tidak selalu mendekati masalah secara formal struktural. Kita siap menolong—coaching, mentoring—orang lain menjadi pribadi yang dapat diandalkan. Di dalamnya kita mampu untuk percaya kepada orang lain dan bertanggung jawab atas kepercayaan orang lain. Di dalamnya pemimpin siap menanggung risiko atas keputusan akomodatif yang diambilnya karena ditopang setiap orang.
Relasi apakah yang sedang kita jalani saat ini?
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
Tentara Ukraina Fokus Tahan Laju Rusia dan Bersiap Hadapi Ba...
KHARKIV-UKRAINA, SATUHARAPAN.COM-Keempat pesawat nirawak itu dirancang untuk membawa bom, tetapi seb...