Cukup Satu yang Bicara
Respek kepada diri sendiri menjadi penuntun moral diri. Respek terhadap orang lain menjadi penuntun tata krama (Laurence Sterne)
SATUHARAPAN.COM – Seorang kawan menasihati rekannya, ”Jangan pernah keluar rumah menggunakan sandal jepit. Hargailah dirimu sendiri.” Hal amat sederhana, namun jika direnungkan lebih dalam, benarlah kata kawan ini: sikap kita akan membangun nilai atas diri kita sendiri. Orang bilang: self-respect.
Jika self-respect dipelihara dengan konsisten, bukan hanya dalam penggunaan alas kaki, tetapi juga dalam berbusana, bertutur kata, berperilaku, bertatakrama, semua akan membangun penghargaan atas diri sendiri. Bersikap dengan moral yang baik, berbusana pantas sesuai suasana dan tempat, akan mencitrakan diri yang menghargai orang lain. Dan itu akan berbalik menjadi respek orang lain terhadap diri pelaku.
Salah satunya adalah saling menghargai orang lain yang sedang berbicara. Bayangkanlah kegaduhan dan inefisiensi rapat yang akan terjadi, jika dalam rapat semua peserta berbicara berbarengan.
Rapat berbeda dengan acara sosial. Di pesta, misalnya, semua orang saling tertawa, ngobrol sana sini. Semakin hiruk pikuk, semakin ramai dan serulah suasana. Rapat berbeda. Keseriusan terhadap topik pembicaraan dan mereka yang sedang mengajukan pandangannya harus dihormati dengan cara didengarkan.
Banyak contoh di mana peserta rapat tidak menghargai pemimpin rapat sehingga terjadi kekacauan. Wakil rakyat di negara kita tidak luput dari jenis peserta rapat yang seperti itu, sampai-sampai maju ke depan menghampiri meja pimpinan, bahkan menggebrak meja pimpinan karena ketidaksepakatannya akan keputusan pimpinan rapat.
Hal tersebut nyaris tak pernah terjadi di parlemen negara yang sudah berkembang dan madani benar. Hampir pasti mereka tidak saling menyerang secara berbarengan. Tentu jangan dibayangkan acara televisi yang mempertontonkan kegaduhan perebutan mikrofon saat talkshow tertentu. Pelaku talkshow memang sesungguhnya hanya ingin unjuk kekuatan. Tata krama tidak penting bagi mereka. Keteraturan juga tidak penting.
Bangsa kita perlu belajar banyak dari bangsa-bangsa yang sudah berkembang yang bisa menjaga tata krama dalam rapat dan pertemuan lain. Contohnya adalah rapat atau pertemuan internasional. JIka warga dari negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, mengikuti pertemuan internasional, pasti akan menjadi perhatian peserta lain ketika mereka asyik ngobrol sendiri saat pimpinan rapat sedang berbicara. Atau, bayangkan peserta seminar sedang mendengarkan kuliah di depan, namun terganggu karena di samping, belakang atau depannya ada orang lain yang ikut bicara tanpa izin dari pembicara dan mengganggu keheningan.
Dalam rapat internasional, maka pemimpin rapat akan langsung berhenti berbicara saat ada orang lain ikut angkat suara. Cukup satu orang yang berbicara. Jika lebih dari satu yang bicara, berarti tidak menghargai pembicara dan orang lain yang sedang mendengarkan.
Ketika ada satu yang berbicara, teristimewa saat yang satu itu adalah pemimpin rapat, maka yang lain layak berdiam diri. Jika ingin menyampaikan pendapat, dapat meminta waktu dengan mengacungkan tangan. Menghormati diri sendiri dimulai dengan menghormati orang lain. Bisa dimulai dengan menghormati sesama peserta rapat atau seminar.
Editor : Yoel M Indrasmoro
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...