Damai di Bumi, Mulai dari Diriku
Berawal dari diri sendiri.
SATUHARAPAN.COM – Lagu abadi John Lennon ”Imagine” ditulis pada tahun 1971, namun hingga kini masih relevan untuk didengar dan dinyanyikan. Nyaris setiap kali muncul kejadian teror di negara mana pun, lagu ini akan dinyanyikan sebagai seruan damai. Mantan Presiden Amerika Serikat Jimmy Carter sampai mengatakan bahwa di hampir semua negara dari 125 negara yang pernah ia kunjungi, ia mendengar lagu itu dinyanyikan, dengan cara yang nyaris sama hormatnya sebagaimana layaknya orang menyanyikan lagu kebangsaannya.
Lennon dalam lagu ini merefleksikan dambaannya akan dunia yang damai, tanpa peperangan dan pertentangan antarumat manusia. Tidak ada kelaparan, kemiskinan, perkelahian. Ketika hidup di bumi sudah bagai berada di surga, itulah sesungguhnya surga. ”Anda mungkin akan mengatakan saya adalah pemimpi, namun saya tak sendirian.” Demikian Lennon dalam lirik lagu itu.
Benar, sesungguhnya seluruh dunia mendambakan kedamaian. Namun, mengapa damai itu tak kunjung hadir? Peperangan besar antara persekutuan beberapa negara lawan persekutuan negara lain, sampai dengan peperangan orang melawan diri sendiri, terus melanda dunia ini.
Mungkinkah karena orang sulit berdamai dengan diri sendiri? Tidak dapat menerima diri dan keadaannya apa adanya. Selalu terasa ada yang kurang. Selalu takut kekurangan. Selalu mendambakan lebih. Celakanya, tak mampu berdamai dengan diri sendiri adalah pangkal ketidakdamaian dengan orang lain. Orang yang senantiasa berada dalam peperangan dengan diri sendiri, akan selalu menimbulkan keburukan bagi hidup orang lain di sekitarnya. Dari perkara kecil lalu bertumbuh menjadi perkara besar. Dari peperangan dalam diri menjadi pertikaian dengan orang lain. Lalu dengan kelompok lain. Terus bergulir bagai bola salju. Sampai peperangan antaretnis dan bangsa
Berawal hanya dari bisikan yang menyesatkan kepada diri sendiri. Sesungguhnya, itu bisa jauh lebih berbahaya ketimbang apa yang dikatakan kepada orang lain.
Berdamai dengan diri sendiri, adalah pangkal damai di bumi. Pada saat diri sendiri tak bersedia membiarkan siapa pun atau kejadian apa pun merebut emosi positif, itulah saatnya damai di dalam diri akan mulai terpelihara.
Hari-hari seputar Natal selalu memperdengarkan seruan damai. Dan sungguh pada tempatnya karena peristiwa Natal mengingatkan bahwa tak ada hal yang perlu dikhawatirkan oleh manusia karena toh Tuhan sudah punya pengaturannya, Ia menguasai semua perkara, baik di dunia ini maupun setelah kehidupan di dunia berakhir. Janji yang membawa sukacita. Ia yang menentukan. Dan Ia berkarya melalui peristiwa Natal untuk mengukuhkan janji-Nya.
Dengan demikian, barangkali perjalanan terpenting bukanlah perjalanan menuju pembentukan diri menjadi orang lain karena diri sendiri sudah diperlengkapi sebagaimana yang Ia kehendaki. Tinggal mengasihi diri apa adanya. Itulah saat dimana damai bermula di bumi ini. Berawal dari diri sendiri. Dan tak ada orang lain yang dapat membawa damai kecuali diri sendiri.
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
Ibu Kota India Tercekik Akibat Tingkat Polusi Udara 50 Kali ...
NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM-Pihak berwenang di ibu kota India menutup sekolah, menghentikan pembangun...