Dampak Krisis, 28 Negara Perlu Bantuan Keuangan dari IMF
Indonesia tidak masuk di antara negara yang rentan terhadap masalah keuangan.
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Ada 28 negara yang terdaftar untuk memperoleh bantuan IMF, di mana 14 di antara mereka masih dalam proses. Namun Indonesia tidak termasuk di antara negara yang rentan terhadap masalah keuangan.
“Indonesia faktor eksternalnya masih sangat kuat. Bahkan di antara negara G20, Indonesia adalah negara yang pertumbuhan ekonominya nomor dua tertinggi setelah Saudi Arabia. Jadi, dari segi faktor eksternal Indonesia aman,”kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pada konferensi pers hari Selasa (11/10).
Di tengah ketidakpastian global yang memberikan tekanan pada pemulihan ekonomi dunia, fundamental perekonomian Indonesia mampu memperlihatkan kinerja yang tetap impresif, katanya.
Meski pada Juli 2022 International Monetary Fund (IMF) merevisi proyeksi ekonomi global dari 3,6% menjadi 3,2%, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih cukup tinggi yakni di angka 5,3%. Kinerja IHSG juga tercatat cukup baik di tengah tekanan global dan pelemahan indeks saham global, di mana pada 10 Oktober 2022 IHSG mencatat return 6% (ytd) di posisi 6.982,5.
Walaupun terjadi goncangan, indikator eksternal Indonesia relatif kuat. Volatility Index Indonesia senilai 30,49 atau masih dalam batas nilai indikatif 30. Kemudian terkait level indeks Exchange Market Pressure (EMP) per September 2022 berada di angka 1,06 atau masih berada di bawah batas treshold level satu yaitu sebesar 1,78. Demikian pula juga dengan perbandingan Credit Default Swap (CDS) Indonesia yang relatif lebih rendah dibandingkan Meksiko, Turki, Brasil, dan Afrika selatan.
Berbagai kebijakan seperti pengetatan terhadap suku bunga telah dilakukan oleh beberapa negara, termasuk Amerika, Indonesia, India, Inggris, Jerman dan Afrika selatan dalam menghadapi tantangan global. Indonesia sendiri telah menyesuaikan suku bunga sebesar 50 bp pada September 2022 menjadi 4,25.
“Dari internal, ekonomi kita kuat karena kita punya domestic market. Sekarang konsumsi turut menjadi bagian dari pertumbuhan ekonomi, terlebih diprediksi di tahun depan pertumbuhan ekonomi kita di antara 4,8%–5,2%. Berbagai lembaga yang memprediksi tersebut, melihat bahwa Indonesia relatif kuat,” katMenko Airlangga.
Menko Airlangga juga menyampaikan pentingnya untuk terus mendorong keberlanjutan Kredit Usaha Rakyat (KUR) di mana akan dilanjutkan dengan bunga 6%. Sedangkan KUR untuk sektor pertanian akan diminta untuk dipertahankan di angka 3%.
Pandemi COVID-19
Terkait kondisi COVID-19, secara keseluruhan dalam enam bulan terakhir perkembangannya sudah mulai melandai dan kasus konfirmasi harian secara nasional ada di angka 1.195 kasus sehingga relatif rendah.
Dan sejak tanggal 10 Agustus 2022 Rt (effective reproduction number atau penambahan kasus) di Indonesia sudah mencapai kurang dari satu (<1). Diharapkan nilai Rt ini dapat bertahan dalam tiga bulan, sehingga Indonesia dapat mengambil langkah untuk mencabut aturan wajib masker sebagai langkah menuju endemi.
“PPKM akan dievaluasi sampai dengan akhir bulan ini, dan akhir bulan depan akan ditentukan bagaimana pelaksanaan PPKM ke depan disertai catatan bahwa vaksinasi booster diekstensifikasikan di bulan November, Desember, dan Januari. Kalau kita bisa jaga di bulan Februari kasusnya landai, maka kita bisa lepas dari pandemi COVID-19 ini,” kata Menko Airlangga.
Editor : Sabar Subekti
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...