Dari Sungai Nil Hingga Kali Ciliwung
SATUHARAPAN.COM - Apa hubungan Sungai Nil dan Kali Ciliwung di Jakarta? Di aliran kedua sungai itulah bangsa Israel dan Indonesia mengalami penderitaan dan penindasan. Yang satu di bawah penindasan Firaun di Sungai Nil Mesir, yang lain dibawah penjajahan Belanda dan Jepang di Kali Ciliwung. Yang satu menerima proklamasi kemerdekaan dari Allah di Gunung Sinai, sedangkan yang lain memproklamasikan kemerdekaan di Pegangsaan Timur..
Di lembah Sungai Nil itulah terjadi pertarungan antara kepercayaan (ideologi) Mesir yang menghalalkan perbudakan melawan kepercayaan yang menuntut pemerdekaan budak-budak. Pertarungan antara kepercayaan pada allah yang menindas melawan Allah Tuhan yang menuntut ditiadakannya perbudakan. Pertarungan teologi penindasan melawan teologi pemerdekaan. Di satu pihak Firaun menghendaki status quo sedang Musa menghendaki perubahan/revolusi (transformasi).
Allah Sang Pemerdeka Budak
Pembukaan dasa titah yang terdapat dalam Ulangan 20:1 sebagai berikut: “Akulah Tuhan Allahmu yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir dari tempat perbudakan”. Itu berarti, perbudakan adalah sebuah sistem yang ditentang oleh Allah; dan pembebasan Israel merupakan karya Allah dalam sejarah, bukan hanya jasa tokoh mereka seperti Musa dan Yusak atau suku Yehuda.
Tujuan pembebasan bukan untuk menciptakan sistem perbudakan baru di tanah yang baru. Dasa titah Allah didahului sebuah pembukaan di mana ditegaskan Allah sebagai pemerdeka kaum budak, Allah yang melawan sistem ekonomi perbudakan.
Dasa titah Allah di mulai dengan titah pertama, yaitu “janganlah ada pada mu allah lain di hadapan-Ku”. Apa artinya? Tuhan Allah pemerdeka tidak mau di sandingkan dengan allah penindas.Tidak ada kompromi antara Allah pemerdeka dengan allah lain pendukung perbudakan. Ada pilihan bagi umat Israel (bekas budak) untuk memilih antara Allah pemerdeka atau memilih allah penindas.
Itulah sebabnya sebelum umat Israel memasuki tanah Kanaan di Sichem, Yosua berkata: “Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan” (Keluaran 24:15). Beribadah padaTuhan Allah pemerdeka berarti menolak allah pendukung penindasan. Ini berarti Israel harus menolak segala bentuk sistem ekonomi perbudakan seperti yang ada di Mesir dan menciptakan sistem ekonomi yang berkeadilan.
Atas Berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa
Dalam pembukaan UUD 1945 disebut begini ”Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.”
Artinya kemerdekaan Indonesia adalah rahmat Allah semata bukan jasa sebuah ras, suku, agama dan kekuatan politik tertentu. Juga bukan hanya jasa kelompok bersenjata saja sehingga menihilkan jasa kelompok lainnya.
Dalam pergerakan kemerdekaan menuju Indonesia merdeka semua komponen bangsa dengan berbagai latar belakang suku, agama, serta kelompok memiliki sumbangan yang sama bagi berdirinya negara Republik Indonesia. Tak ada alasan bahwa orang Jawa lebih besar jasanya daripada orang Aceh, Papua ataupun Tionghoa. Demikian pula tak ada alasan orang yang beragama Islam lebih berjasa dibanding dengan penganut agama lain seperti Hindu, Kristen, Buddha dan Khonghucu. Tidak ada alasan bahwa kelompok bersenjata (BKR, sekarang TNI) lebih berjasa dari pada orang sipil.
Semua memiliki andil yang sama karena masing masing telah memberikan apa yang mereka miliki bukan menyerahkan apa yang tak ada pada mereka. Yang menyatukan Indonesia bukan asal-usul keturunan dan darah, ataupun agama mereka, tapi ikatan politik untuk menuju Indonesia yang merdeka, berdaulat, bermartabat dan berkeadilan sosial.
Dalam pembukaan UUD 1945 the founding fathers memberikan landasan ideologi bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Bagi founding fathers tak ada tempat bagi ideologi lain, seperti komunisme, kapitalisme maupun ideologi berazaskan syariah keagamaan.
Kemerdekaan Ekonomi
Tujuan pemerdekaan Allah pada Israel adalah perlindungan seluruh rakyat dari segala bentuk sistem penindasan baik agama, politik maupun ekonomi. Kemerdekaan berarti bebas dari segala ketakutan, baik berupa ketakutan beribadah maupun ketakutan atas kelaparan dan tiadanya lapangan kerja. Tapi sayang dalam pasca-reformasi masih banyak rakyat Indonesia belum menikmati buah kemerdekaan berupa kebebasan beribadah maupun kesejahteraannya.
Ketegangan yang terjadi dalam kehidupan berbangsa adalah antara ekonomi kehidupan/ berbagi melawan ekonomi kematian/keserakahan. Pergulatan antara God of life lead us to justice and peace melawan the power of death lead us to kill and conquest. Pertarungan antara ideology of life melawan ideology of death.
Dalam memperingati proklamasi ke-68 seharusnya semangat the founding fathers bisa diucapkan kembali: Tetapi aku dan seluruh bangsaku, kami akan mempertahankan ideologi Pancasila, ideologi kemerdekaan yang memberi kemerdekaan berupa economy of life, politics of life, dan culture of life. Tidak ada lagi tempat bagi ekonomi neoliberal yang menyebabkan rakyat kecil tersingkir dan tidak lagi ada ritual pengorbanan buruh dan tani serta wong cilik sebagai tumbal di altar pembangunan dan globalisasi.
Pasca proklamasi yang terjadi seharusnya bukan lagi dikotomi antara Muslim versus non-Muslim, dikotomi pribumi versus non-pribumi, dikotomi antara Sunni versus Syiah atau Ahmadyah. Semua anak bangsa dari semua suku, agama dan aliran mempunyai hak perlindungan yang sama dalam negara Indonesia.
T.Roosevelt Thomas Jr dalam tulisannya yang berjudul Diversity in Community mengajukan serangkaian pertanyaan penting: Apakah faktor turunan, ras, dan agama menjadi faktor penentu kewarganegaraan yang sejati? Apakah untuk menjadi warganegara sejati orang harus diukur dengan berpindahnya kepercayaan/agama, bergantinya nama dan membuang bahasa ibu seseorang? Apakah kebijakan publik, baik undang-undang maupun peraturan daerah harus dikendalikan oleh kelompok tertentu untuk kepentingan diri sendiri sehingga merugikan golongan lain dan merusak persatuan bangsa?
Jawaban dari pertanyaan di atas menjadi tanggung jawab pemerintah dan seluruh rakyat dalam mempertahankan semangat proklamasi di Pegangsaan Timur Jakarta, di mana Kali Ciliwung mengaliri roh dan jiwa the founding fathers.
Merdeka! Sekali merdeka tetap merdeka!
Penulis adalah Direktur Center for Development and Culture, Surakarta
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...