Data Penyebaran COVID-19 di India Belum Dihasilkan, karena Kit dari China Tidak Konsisten
NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM-India telah kehilangan dua pekan dalam upaya mendapatkan gambaran penyebaran virus corona di antara penduduk, karena peralatan pengujian yang diperoleh dari China kualitasnya buruk, kata seorang anggota gugus tugas nasional. Hal itu memperumit untuk membuat keputusan membuka dari penguncian.
Kit tersebut adalah untuk antibodi terhadap virus, yang berarti pihak berwenang dapat menentukan siapa yang telah terinfeksi sebagai bagian dari survei luas untuk menilai penyebarannya, menurut laporan Reuters.
Namun ada ratusan ribu kit pengujian harus dikembalikan ke China, karena hasilnya tidak konsisten. Dan sekarang pemerintah tidak memiliki data untuk memutuskan tentang bagaimana dan kapan melonggarkan penguncian yang pertama kali diberlakukan pada 25 Maret.
“Kita akan tahu sejauh mana infeksi, berapa penyebarannya, sekitar dua pekan yang lalu. Penundaannya sekitar dua pekan,” kata Dr. Manoj Murhekar, seorang anggota gugus tugas dan direktur Institut Epidemiologi Nasional, mengatakan kepada, hari Kamis (14/5).
Kembangkan Kit Sendiri
Sebuah survei terhadap 24.000 orang sekarang sedang dilakukan dengan test kit yang dikembangkan sendiri dan data akan tersedia pada akhir Mei, katanya. Dua anggota kelompok riset menasihati pemerintah mengatakan penundaan yang disebabkan oleh kit China yang tidak konsisten kemungkinan lebih lama dari dua pekan.
Dua anggota lain dari kelompok itu mengatakan faktor lain yang menghambat pengumpulan data adalah bahwa otoritas kesehatan lebih fokus pada pengujian kelompok berisiko tinggi dan penahanan, dan lambat dalam upaya untuk melakukan pengawasan sistematis.
Kementerian kesehatan mengatakan pada pekan ini bahwa pengawasan sistematis mulai dilakukan di beberapa distrik terpilih.
Pihak China mengkritik keluhan India tentang kit tersebut sebagai tidak adil, dan tidak bertanggung jawab, dan mengatakan tes perlu dilakukan secara profesional untuk menghasilkan hasil yang akurat.
Data dari survei di 60 distrik akan membantu pihak berwenang lebih memahami penyebaran dan konsentrasi infeksi dan meningkatkan respons, kata anggota kelompok penelitian.
Kasus terinfeksi virus corona di India mencapai 81.970 orang pada hari Jumat (15/5), dengan jumlah yang diperkirakan akan melampaui China, di mana pertama virus corona muncul akhir tahun lalu.
Diperkirakan akan ada lebih banyak kasus, karena pemerintah melonggarkan pembatasan tinggal di rumah bagi 1,3 miliar penduduk India.
Survei di 700 Distrik
Untuk melakukan survei di lebih dari 700 distrik di India, akan dibagi menjadi empat kelompok tergantung pada jumlah kasus yang dikonfirmasi, dan 15 akan dipilih dari setiap kategori, salah satu anggota mengatakan. Kemudian, tes akan dilakukan dalam kelompok, dengan 400 orang dari masing-masing 60 distrik yang diuji.
Survei harus menyediakan data yang dapat digunakan untuk melacak lintasan penyakit dari waktu ke waktu di area tertentu, atau digunakan untuk membandingkan situasi satu daerah dengan yang lain. "Ini adalah hal pertama yang harus Anda lakukan," kata salah satu anggota kelompok penelitian.
Murhekar mengatakan data harus menunjukkan penyebaran virus, khususnya di "zona hijau" atau daerah tanpa kasus yang dikonfirmasi atau tidak ada selama 28 hari, menurut sistem kode warna pemerintah. “Keuntungan utama akan berada di area hijau. Apakah mereka benar-benar hijau," kata Murhekar.
Setelah 60 distrik disurvei, 10 kota lain dengan jumlah infeksi terbanyak akan dinilai, katanya. Sementara pihak berwenang menunggu data yang tertunda, Murhekar mengatakan mereka masih memiliki hasil dari penghitungan sekitar dua juta orang di India yang diuji untuk membuat kategori pada distrik. "Jadi, bukannya kita sama sekali tidak tahu apa-apa tentang penularan penyakit," katanya. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Beijing Buka Dua Mausoleum Kaisar Dinasti Ming untuk Umum
BEIJING, SATUHARAPAN.COM - Dua mausoleum kaisar di Beijing baru-baru ini dibuka untuk umum, sehingga...