Daun Encok, Berpotensi Antibakteri
SATUHARAPAN.COM – Tumbuhan daun encok (Plumbago zeylanica), menurut Wikipedia, adalah semak-semak yang tumbuh di Afrika dan kemudian tersebar hingga Indonesia.
Dari segi sosok tanamannya, tidak ada yang istimewa. Namun, daunnya yang memiliki sifat pahit, tonik, memiliki kandungan yang sangat bermanfaat, yaitu plumbagin, yang beracun dan mengandung zat antikuman yang kuat. Daunnya berkhasiat obat, tetapi hanya digunakan untuk pemakaian luar.
Sifat daunnya yang pahit, tonik, beracun, justru berkhasiat menghilangkan bengkak dan menghilangkan nyeri (analgetik). Juga digunakan untuk pengobatan reumatik sendi, luka memar, keseleo, nyeri lambung, dan penyakit kurap.
Di Indonesia, menurut Wikipedia, daun plumbago biasa digunakan untuk obat luar, yakni untuk obat sakit kepala. Namun, tidak boleh terlalu lama karena dapat menyebabkan lepuh. Di Bali, daun ini digunakan untuk mengatasi kurap. Ekstrak metanol tumbuhan ini dapat dijadikan sebagai antimikroba dan antijamur.
Tim peneliti dari Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran meneliti senyawa hasil isolasi dari tumbuhan daun encok yang beraktivitas antibakteri penyakit mulut dan gigi. Dari hasil pemisahan dan pemurnian fraksi aktif, tiga senyawa berhasil diisolasi dari ekstrak n-heksana dan etilasetat daun Plumbago zeylanica, yaitu Betagalaktosasitosterol, epi-isoshinanolon, dan metil dihidroksibenzoat.
Ketiga senyawa tersebut telah diuji aktivitasnya terhadap bakteri untuk penyakit mulut dan gigi yaitu Streptococcus mutan dan Streptococcus sanguinis. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas yang cukup tinggi baik terhadap S. sanguinis maupun terhadap S. mutans.
Pemerian Botani Daun Encok
Tumbuhan encok dikutip dari ums.ac.id, merupakan tumbuhan perdu yang tumbuh liar di ladang, di tepi saluran air, atau pekarangan rumah. Tumbuhan ini tingginya mencapai kurang lebih 2 meter. Batangnya berkayu, bulat, licin, beralur, bercabang hijau kotor. Akarnya akar tunggang, bercabang putih kotor.
Daunnya daun tunggal, bulat telur, tepi rata, ujung runcing, pangkal tumpul, berombak, permukaan licin berseling 2-3 cm, pertulangan menyirip, hijau muda.
Bunganya bunga majemuk di ujung batang, kelopak hijau, berbulu, mahkota kecil, benang sari lima, tangkai sari putih, kepala sari biru, putik satu, putih keunguan. Bulat kecil bulat panjang, masih muda hijau, sudah tua warnanya hitam. Biji kecil cokelat.
Tumbuhan daun encok memiliki nama ilmiah Plumbago zeylanica. Tumbuhan ini dikenal dengan beberapa nama lokal, seperti bama (Bali), ki encok (Sunda), godong encok (Jawa), kareka (Madura), dan oporio (Timor).
Karena sangat beracun, pada saat menurapkan tumbuhan ini janganlah terlalu lama, cukup 30 menit saja.
Daun encok tersebar dari sebagian besar Afrika hingga India, ke arah timur mengarah ke Indo-China, dan ke selatan menuju Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Biasanya tumbuhan ini ada di seluruh Asia tropis dan Pasifik. Namun, tumbuhan ini juga tersebar di wilayah subtropis. Biasanya, tumbuhan itu dibudidayakan untuk tanaman obat dan tanaman hias.
Daun encok hanya bisa didapati di habitat antopogen terbuka misalnya savana (padang rumput), pinggiran hutan dan ladang yang belum ditanami, hidup pada ketinggian di atas 1.000 mdpl. Selain itu, tumbuhan ini hidup liar di ladang, tepi saluran air, atau ditanam di pekarangan sebagai pagar hidup.
Ekstrak metanol tumbuhan ini dapat dijadikan sebagai antimikroba dan antijamur. Zona inhibisi tertinggi tercatat dari melawan Vibrio cholerae. Tampak pula, bahwa ekstrak kasar tumbuhan ini dapat melawan bakteri gram-postif maupun negatif. Pada dosis kecil, tumbuhan ini menstimulan sistem saraf pusat.
Dalam pengobatan Ayurveda dan Sidda, tumbuhan ini digunakan untuk formulasi obat-obatan. Di India, tumbuhan ini digunakan untuk demam, diare, mengatasi masalah pencernaan, pilek, mengatasi masalah kulit seperti kusta/lepra, dan malaria.
Di Nepal, tumbuhan ini digunakan untuk antivirus. Di Taiwan, dapat digunakan untuk aktivitas antiheliobakteri. Di Madras, tumbuhan ini digunakan untuk antioksidan. Di Ethiopia, tumbuhan ini digunakan untuk mengatasi masalah lambung. Di Nigeria, tumbuhan ini digunakan untuk mengatasi penyakit parasit dan scabies.
Manfaat Herbal Daun Encok
Plumbago zeylanica, L., dikutip dari globalresearchonline.net, adalah ramuan obat multiguna keluarga Plumbaginaceae. Plumbago zeylanica adalah tanaman yang paling umum digunakan di India sistem pengobatan tradisional.
Akarnya digunakan sebagai laksatif, ekspektoran, astringent, abortifacient, dan disentri. Tingtur dari kulit akar digunakan sebagai antiperiodik. Daunnya kaustik dan digunakan dalam pengobatan kudis.
Plumbago secara kimia ditandai dengan kehadiran naphthoquinones, flavonoid, terpenoid, dan steroid. Banyak di antaranya bermanfaat untuk beberapa kegiatan biodinamik. Tumbuhan ini juga dikenal dengan beberapa nama di berbagai bagian dunia. Di India nama umumnya adalah chitrak.
Plumbago zeylanica, dikutip dari unpad.ac.id, merupakan salah satu tumbuhan obat multifungsi yang banyak ditemukan di Indonesia. Daun dan akarnya berkhasiat sebagai obat pada berbagai penyakit termasuk antijamur dan antibakteri.
Daun dari tumbuhan ini, menurut Wikipedia, mengandung plumbagin, biplumbagin, kloroplum-bagin, khitranon, dan droseron. Plumbagin sangat beracun dan pada pemakaian lokal dapat menyebabkan kerusakan kulit berupa lepuh seperti luka bakar. Selain itu, ekstrak kasar plumbagin juga ditemukan dari akar.
Prasetyorini, Anita Jati, dari Universitas Muhammadiyah Surakarta, meneliti efek analgetik ekstrak etanol daun encok (Plumbago zeylanica, L.) dengan metode Soxhletasi pada mencit jantan. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun encok mempunyai efek analgetik.
Tim peneliti, dari Divisi Radiasi Biologi dan Ilmu Kesehatan, Pusat Penelitian Atom Bhabha, Mumbai, India, meneliti antioksidan dari Plumbago zeylanica. Chitrak, nama lokalnya, adalah tanaman obat India yang berguna. Akar tanaman dan konstituennya mengandung sifat terapeutik potensial termasuk sifat antiaterogenik, kardiotonik, hepatoprotektif, dan neuroprotektif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak chitrak dan bahan aktifnya, plumbagin, memiliki kemampuan antioksidan yang signifikan yang dapat menjelaskan beberapa efek terapeutik.
Peneliti dari Departemen Botani dan Mikrobiologi, Gurukul Kangri Universitas, Haridwar, India, meneliti aspek medikinal, biologi, dan farmakologi dari Plumbago zeylanica. Daun encok adalah salah satu tanaman obat yang banyak digunakan di India. Secara tradisional daun encok digunakan sebagai pencerna stimulan, ekspektoran, pencahar, dan dalam pengobatan nyeri otot dan penyakit rematik.
Beberapa bagian dari daun encok digunakan dalam berbagai kegiatan farmakologis. Daun encok memiliki aktivitas antibakteri, antimikotik, antiviral, antiplasmodial, leishmanicidal, trypanocidal, dan antikarsinogenik.
Tim peneliti dari Pusat Penelitian Pengembangan Farmasi dan Obat Tradisional Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, meneliti uji efek stimulan susunan saraf pusat jus daun encok pada mencit.
Secara empiris, sistem saraf pusat dapat dirangsang oleh daun encok, dan efek eboli. Percobaan farmakologis telah dilakukan untuk mempelajari efek daun-daun ini. Penelitian ini melibatkan efek periode kelelahan, menginduksi tidur dan waktu tidur tikus. Hasil penelitian menunjukkan jus daun encok dapat digunakan sebagai stimulansia, yaitu dengan meningkatkan kesadaran dan menghambat kelelahan, bersifat analeptika dengan efek memperpanjang waktu mulai tidur.
Editor : Sotyati
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...