Daun Torbangun, Diakui Dunia Tingkatkan Kualitas ASI
SATUHARAPAN.COM – Daun torbangun, atau jintan, tidak asing bagi sebagian ibu di wilayah Sumatera Utara. Daun yang segar, tebal dan berwarna hijau, dengan permukaan daun licin, memiliki aroma yang khas. Mengutip Wikipedia, rasanya digambarkan mirip oregano, juga seperti daun mint.
Daun tumbuhan aromatik ini dimanfaatkan sebagai sayuran, untuk masakan sup. Sayuran ini juga dikenal mampu meningkatkan produksi ASI.
Tumbuhan daun torbangun atau daun jintan adalah terna tahunan, yang pernah diidentifikasi sebagai tumbuhan abadi semisukulen di keluarga Lamiaceae. Tumbuhan asli Afrika Selatan dan Timur ini banyak dibudidayakan dan dinaturalisasi di tempat lain di daerah tropis, dan dimanfaatkan sebagai obat, tanaman rempah, dan tanaman hias.
Masyarakat Sumatera Utara mengkonsumsi daun torbangun, atau yang lebih dikenal dengan nama bangun-bangun ini. Biasanya dijadikan sup, yang dimasak dengan menggunakan santan kelapa. Daun bangun-bangun mempunyai kadar seng, zat besi, kalium, dan magnesium yang mampu meningkatkan berat badan pada bayi.
Daun torbangun (Coleus amboinicus, Lour.) dapat menjadi laktagogum untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas air susu ibu (ASI). Torbangun lebih efektif dibandingkan laktagogum lain dan tidak ada efek samping, sehingga aman untuk ibu dan bayi. Di Sumatera Utara, torbangun wajib dikonsumsi ibu yang baru melahirkan hingga 30 hari.
Profesor Dr Rizal Damanik, dosen Departemen Gizi Masyarakat dan Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (IPB), meneliti daun torbangun secara menyeluruh sejak tahun 2001. Hasil penelitiannya membuktikan mengonsumsi daun torbangun dapat membantu ibu yang sedang hamil atau menyusui memproduksi air susu lebih banyak dan lebih berkualitas bagi bayinya. Prof Rizal memperoleh penghargaan terbaik kedua dari Kementerian Pendidikan Nasional atas penelitiannya itu.
"Tradisi itu sudah berjalan sejak ratusan tahun dan sampai sekarang masih terus dipraktikkan oleh masyarakat Batak di mana pun mereka berada," katanya, seperti dikutip dari Antara, 16 Juli 2010.
Produksi ASI ibu menyusui yang mengonsumsi sayur torbangun lebih banyak secara nyata dibandingkan produksi ASI ibu menyusui yang mengonsumsi Moloco+B12 (laktagogum yang biasa dikonsumsi ibu menyusui di kota-kota besar di Indonesia), atau Fenugreek yang merupakan laktagogum di negara Eropa/Amerika.
Konsumsi sayur torbangun tidak hanya memberikan efek positif bagi kesehatan ibu menyusui, tetapi juga bagi bayi yang disusui oleh ibu yang mengonsumsi sayur torbangun. Menurut Prof Rizal Damanik, hal itu tercermin dari beberapa indikator seperti berat badan, lingkar kepala, lingkar dada, dan angka kesakitan dari bayi yang lebih baik.
Prof Rizal memperkenalkan penelitiannya dalam acara First 1000 Days Australia Summit, di Brisbane, Australia. Pertemuan itu menghadirkan sejumlah praktisi, pakar kesehatan, ilmuwan, pekerja sosial, untuk memenuhi kebutuhan kesehatan suku Aborigin dan Torres Strait di Australia, dari mulai sebelum konsepsi, atau bertemunya sel telur dan sperma, janin, hingga bayi berusia dua tahun.
“Tanaman ini saya share dengan orang-orang Australia, karena tanaman ini juga terdapat di Australia,” katanya saat dihubungi Erwin Renaldi dari ABC di Melbourne pada 19 Oktober 2017, seperti dikutip australiaplus.com.
“Penelitian ini sudah dibuktikan secara sains tidak hanya meningkatkan jumlah air susu, tapi juga banyak khasiat untuk perkembangan bayi dan ibunya dengan indikator medis,” katanya.
Penelitian mengenai khasiat daun torbangun (Coleus amboinicus, Lour.) sebagai peningkat produksi air susu ini telah mendapat pengakuan internasional. Penelitian itu masuk dalam salah satu chapter di buku pegangan Handbook of Dietary and Nutritional Aspects of Human Breast Milk yang diterbitkan di Belanda.
“Torbangun mengandung sepuluh komponen aktif yang saling mengikat, antara lain asam lemak rantai ganda, kelompok sterol, dan aldehid. Itu memicu meningkatnya kuantitas dan kualitas ASI,” kata Rizal Damanik, dikutip dari Kompas pada 11 Desember 2013.
Pemerian Botani TanamanTorbangun
Tumbuhan torbangun dikutip dari ipb.ac.id secara umum dikenal sebagai daun jintan. Tumbuhan ini masuk ordo Solanes, famili Labiatae, dan genus Coleus.
Tumbuhan torbangun menyerupai semak. Tumbuhan ini tidak berumbi, percabangan agak berbentuk galah, dan berbulu halus.
Daun berhadapan, tunggal, tebal, berdaging, bulat telur melebar, agak bundar atau berbentuk seperti jantung. Permukaan atas daun berbulu halus tersebar dan pada bagian pertulangannya berambut panjang. Tepi daun beringgit kasar sampai bergigi kecuali pada bagian pangkal.
Pada keadaan segar, helaian daun tebal, berdaging dan berair, tulang daun bercabang-cabang dan menonjol, berwarna hijau muda dan kedua permukaan berambut halus berwarna putih. Pada keadaan kering, helaian daun tipis dan sangat berkerut, permukaan atas kasar dan berwarna cokelat, permukaan bawah berwarna lebih muda dan permukaan kasar, serta tulang daun kurang menonjol.
Tumbuhan yang memiliki nama ilmiah Coleus amboinicus, Lour. ini, dikutip dari balitnak.litbang.pertanian.go.id, dapat dijumpai hampir di seluruh wilayah Indonesia dengan nama berbeda-beda. Di daerah Sunda, dikenal dengan nama ajeran atau acerang, sementara di daerah Jawa dikenal dengan nama daun kucing. Berbagai nama lokal lain ialah daun kambing atau majha nereng (Madura), iwak (Bali), kunu etu (Timor), sukan (Melayu).
Tumbuhan ini hidup sekitar 3-10 tahun, dan banyak terdapat di Afrika Tropis, Asia, Australia. Tumbuhan ini telah lama digunakan secara tradisional sebagai makanan, aditif pakan ternak, dan terutama sebagai obat berbagai macam penyakit.
Tumbuhan torbangun menurut Wikipedia berasal dari Afrika Selatan dan Timur, dari Afrika Selatan (KwaZulu-Natal) dan Swaziland sampai Angola dan Mozambik, dan utara sampai Kenya dan Tanzania. Biasanya tumbuh di hutan atau semak pesisir, di lereng berbatu dan berpasir, atau tanah berpasir di dataran rendah.
Dari Afrika Selatan, tumbuhan ini dibawa orang-orang Arab dan pedagang lain ke Arab, India, dan Asia Tenggara di sepanjang jalur perdagangan maritim Lautan India. Tumbuhan ini kemudian dibawa ke Eropa, dan kemudian dari Spanyol ke Amerika. Di Amerika, daun ini kemudian disebut thimi Spanyol.
Tumbuhan torbangun dikaitkan dengan sifat antiseptik, antimikroba, pencernaan, karminatif, perut, antelmintik, deodoran, diuretik, appetizing, dan tonik. Biasanya digunakan untuk mengobati gangguan saluran pernapasan sebagai bronkodilator, antitusif, dan ekspektoran.
Sifat antiseptik dan antimikroba tumbuhan telah dikaitkan dengan adanya senyawa seperti carvacrol, timol, flavon, fenol, tannin, dan asam aromatik. Daunnya secara tradisional digunakan untuk pengobatan batuk, sakit tenggorokan dan hidung tersumbat, tapi juga untuk berbagai masalah lain seperti infeksi, rematik, dan perut kembung.
Tanaman ini dibudidayakan di kebun rumah di seluruh India untuk digunakan dalam pengobatan tradisional, digunakan untuk mengobati demam malaria, hepatopati, kalkuli ginjal dan vesikal, batuk, asma kronis, cegukan, bronkitis, helminthiasis, kolik, kejang, dan epilepsi.
Pengobatan tradisional India lain juga memanfaatkannya seperti untuk ulserasi kulit, gigitan kalajengking, alergi kulit, luka, diare, dengan penekanan pada daun yang digunakan sebagai hepatoprotektif, untuk meningkatkan kesehatan hati.
Di Indonesia daun torbangun atau jintan adalah makanan tradisional yang digunakan dalam sup untuk merangsang menyusui selama satu bulan setelah melahirkan. Di Kamboja daunnya dibuat jus dan kemudian diberikan kepada anak-anak sebagai perlindungan dari pilek, dan daun dioleskan ke bibir.
Di Bahia, Brasil, orang menggunakan tanaman ini untuk mengobati lesi kulit yang disebabkan oleh Leishmania braziliensis. Di sebelah utara, di Paraiba di negara yang sama, tanaman ini biasa digunakan untuk pengobatan di rumah.
Manfaat Herbal Tanaman Torbangun
Dikutip dari ums.ac.id, masyarakat memanfaatkan daun torbangun sebagai obat tradisional karena berkhasiat sebagai peluruh dahak pada pengobatan batuk, peluruh kentut, penurun panas, sariawan usus, demam, tetanus, sembelit, kejang perut, penyakit telinga. Sedangkan buah atau bijinya berkhasiat untuk obat cacar, antimuntah, lepra, ayan, radang, raja singa, batuk, batuk rejan, panu, dan influenza.
Daun torbangun, dikutip dari Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), April 2014 Vol. 19, termasuk salah satu tanaman pangan yang memiliki fungsi sebagai laktagogum, yaitu dapat meningkatkan sekresi dan produksi air susu ibu. Oleh karena itu, daun bangun-bangun sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai salah satu bahan dalam pengembangan produk makanan tambahan fungsional bagi ibu menyusui.
Sedangkan potensi daun torbangun dikutip dari ipb.ac.id, sebagai bahan pangan sumber zat besi, provitamin A (karoten) dan kalsium. Bahan daun bangun-bangun sebanyak 100 g mengandung kalsium sebesar 279 mg, besi sebesar 13,6 mg, dan karoten total sebesar 13.288 mikrogram. Nilai ketiga jenis zat gizi ini lebih besar bila dibandingkan dengan daun katuk (Sauropus androgynus). Daun katuk juga merupakan jenis tanaman yang daunnya digunakan sebagai pelancar produksi air susu ibu (ASI).
Laboratorium Department of Chemistry Gorakhpur University pada tahun 2006 menemukan kandungan senyawa penting yang berperan aktif dalam metabolisme sel dan merangsang produksi susu.
Secara umum dalam daun torbangun telah ditemukan tiga komponen utama. Komponen pertama adalah senyawa yang bersifat laktagogum, yaitu komponen yang dapat menstimulir produksi kelenjar air susu pada induk laktasi. Komponen kedua adalah zat gizi. Komponen ketiga adalah farmakoseutika yaitu senyawa-senyawa yang bersifat buffer, antibakterial, antioksidan, pelumas, pelentur, pewarna dan penstabil.
Tumbuhan torbangun, dikutip dari situs balitnak.litbang.pertanian.go.id, memiliki berbagai bahan aktif seperti karvakrol forksolin, koleol, fitosterol, barbatusin, dan fitokemikal lain yang bermanfaat untuk merangsang produksi ASI, pemulihan keseimbangan setelah melahirkan, uterine cleansing agent, antioksidan, merangsang semangat, mengobati sariawan, demam, asma, batuk, ayan, kembung dan sebagai afrodisiak. Kandungan kimianya adalah saponin, flavonoid, polifenol dan minyak atsiri, dan kandungan senyawa yang digunakan sebagai antipiretik adalah flavonoid.
Tim peneliti Departemen Biokimia, FK Universitas Kristen Indonesia, dikutip dari portalgaruda.org, meneliti komponen senyawa kimia dalam daun, dahan, dan akar. Hasil penelitian ini menunjukkan daun torbangun yang diekstrak dengan etanol mampu berperan sebagai antioksidan berdasarkan nilai IC.
Daun torbangun mengandung minyak atsiri yang berpotensi sebagai antiseptik dan mempunyai aktivitas tinggi melawan infeksi cacing. Selain itu daun ini mengandung vitamin C, vitamin B1, vitamin B12, beta karoten, niasin, karvakrol, kalsium, asam-asam lemak, asam oksalat, dan serat.
Aktivitas biologi dari senyawa-senyawa tersebut sebagai antioksidan, diuretik, analgesik, mencegah kanker, antitumor, antivertigo, immunostimulan, antiradang, antiinfertilitas, hipokolesterolemik, hipotensif. Aktivitas farmakologi daun torbangun telah diteliti sebagai prekursor antitumor dan aktivitas sitotoksik, antiperadangan, penginduksi daya tahan tubuh.
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...