Delimukan Wetar Terancam Punah
SATUHARAPAN.COM – Delimukan Wetar (Gallicolumba hoedtii) termasuk merpati-merpatian (suku Columbidae) yang merupakan suku yang tersebar luas di dunia. Makanan utamanya adalah buah-buahan dan biji-bijian. Hampir semua jenis memiliki tubuh yang padat gemuk dengan paruh yang pendek, tetapi kuat. Sarang terbuat dari ranting-ranting yang tampak rapuh, tempat meletakkan telurnya yang putih di dalamnya. Kicauan berupa suara berirama yang diulang-ulang.
Di Sunda Besar ada 30 jenis, yang dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu (1) punai/walik dengan ciri ukuran tubuh relatif kecil, dengan bulu-bulu tubuh yang umumnya berwarna cerah, tetapi tanpa warna-warna metalik, bersifat arboreal. (2) pergam yang berciri ukuran tubuh besar dengan bulu-bulu tubuh yang mengilap, bulu-bulu tubuh bagian bawah biasanya keputih-putihan atau abu-abu, umumnya bersifat arboreal, dan (3) merpati tanah. Kelompok ini meliputi jenis-jenis burung yang sering berada di permukaan tanah, warna bulu tubuh bagian atas kehijauan mengilap atau cokelat kemerah-merahan buram/pucat.
Delimukan Wetar hanya dijumpai di Pulau Timor dan Pulau Wetar. Di Wetar keberadaannya diketahui dengan adanya 20 spesimen yang dikoleksi dari lokasi yang tidak spesifik pada tahun 1900. Adanya 8 spesimen burung yang dikoleksi selama 5 hari pada tahun 1902 mengesankan bahwa burung ini cukup umum terlihat di Wetar.
Walaupun statusnya kini tidak diketahui (tidak dijumpai selama survei singkat pada 1990) tetapi hutan yang tersisa di Wetar masih cukup luas, sehingga memungkinkan burung ini untuk tetap bertahan.
Di Timor Barat burung ini termasuk langka, karena hanya tercatat di tiga lokasi (termasuk satu perjumpaan selama 9 minggu survei tahun 1993), atau mungkin tidak terlihat. Menghuni hutan monsun dataran rendah sampai pada ketinggian 950 meter dari permukaan laut, yang bercurah hujan tinggi. Tapi tidak diketahui apakah hal ini menyebabkan jarak pergerakannya menjadi pendek.
Burung ini suka menyendiri dan mencari makan di permukaan tanah. Perusakan hutan di Timor Barat dan Timor Leste yang telah meluas dianggap merupakan ancaman yang paling utama. Sejak awal abad ke 20, hutan monsun tropis praktis telah menghilang dari Timor untuk dibuat daerah pemukiman dan perladangan. Kini hutan monsun yang tersisa di Timor Barat hanya 4 persen, itu pun terbagi atas tujuh blok yang tidak dilindungi dan ukurannya pun terus mengecil sebagai akibat dari kegiatan penggembalaan dan pembakaran.
Selain itu, jenis punai di Timor juga termasuk burung yang sering diburu. Jumlah totalnya diperkirakan antara 2.500-10.000 ekor dan terus mengalami penurunan secara cepat. Beberapa kawasan konservasi di Timor Barat dan Wetar telah diusulkan untuk melindungi lokasi-lokasi yang merupakan tempat tinggal burung ini. Statusnya kini adalah Genting. (Birdlife Indonesia)
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...