Demam Berdarah Biasanya Mulai Meningkat di Januari
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Data sejak beberapa tahun terakhir ini menunjukkan bahwa bulan Januari seperti sekarang ini sering menunjukkan mulai peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di negara kita. Karena itu, kita semua perlu waspada dan perlu lebih mengenal penyakit ini, serta mencegah dan menanggulanginya dengan baik. Demikian dikemukakan Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP(K), Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan RI, dalam rilisnya di Jakarta (6/1).
Demam Berdarah Dengue (DBD), adalah Penyakit yang disebabkan oleh Virus Dengue, yang ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor yang paling utama.
Nyamuk penular dengue ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. DBD banyak dijumpai terutama di daerah tropis dan sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Beberapa faktor yang memengaruhi munculnya DBD antara lain, rendahnya status kekebalan kelompok masyarakat dan kepadatan populasi nyamuk penular, karena banyaknya tempat perindukan nyamuk yang biasanya terjadi pada musim penghujan.
Siklus penularan DBD, melalui nyamuk Aedes betina, biasanya terinfeksi virus dengue pada saat dia menghisap darah dari seseorang yang sedang dalam fase demam akut (viraemia) yaitu 2 hari sebelum panas, sampai 5 hari setelah demam timbul. Nyamuk menjadi infektif 8-12 hari sesudah mengisap darah penderita yang sedang viremia (periode inkubasi ekstrinsik,) dan tetap infektif selama hidupnya. Setelah melalui periode inkubasi ekstrinsik tersebut, kelenjar ludah nyamuk bersangkutan akan terinfeksi dan virusnya akan ditularkan ketika nyamuk tersebut menggigit dan mengeluarkan cairan ludahnya ke dalam luka gigitan ke tubuh orang lain. Setelah masa inkubasi di tubuh manusia selama 3- 4 hari (rata-rata selama 4-6 hari) timbul gejala awal penyakit.
Gejala awal DBD antara lain, demam tinggi mendadak berlangsung sepanjang hari, nyeri kepala, nyeri saat menggerakkan bola mata dan nyeri punggung, kadang disertai adanya tanda-tanda perdarahan. Pada kasus yang lebih berat dapat menimbulkan nyeri ulu hati, perdarahan saluran cerna, syok, hingga kematian. Masa inkubasi penyakit ini 3 s/d 14 hari tetapi pada umumnya 4 s/d 7 hari. Belum ada obat dan vaksin untuk mencegah DBD. Pengobatan terhadap penderita hanya bersifat simtomatis dan suportif.
Pada tahun 2014, sampai pertengahan bulan Desember ini tercatat penderita DBD di 34 provinsi di Indonesia sebesar 71.668 orang, 641 di antaranya meninggal dunia. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya (2013) dengan jumlah penderita sebanyak 112.511 orang dan jumlah kasus meninggal sebanyak 871
Masyarakat perlu mewaspadai dan mengantisipasi serangan penyakit DBD dengan menjaga kebersihan lingkungan di dalam rumah maupun di luar rumah, antara lain melalui peningkatan Gerakan Jumat Bersih untuk memberantas sarang dan jentik-jentik nyamuk. Pencegahan demam berdarah yang paling efektif dan efisien sampai saat ini adalah kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus, yaitu :
Menguras, membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampung air lemari es dan lain-lain
Menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum, kendi, toren air, dan lain sebagainya.
Mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk. Untuk pencegahan dilakukan M3 Plus adalah, kegiatan pencegahan seperti, menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan, menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk, menggunakan kelambu saat tidur, memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk, menanam tanaman pengusir nyamuk, mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah, menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi tempat istirahat nyamuk, dan lain-lain.
PSN perlu ditingkatkan terutama pada musim penghujan dan pancaroba, karena meningkatnya curah hujan dapat meningkatkan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD, sehingga sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) terutama pada saat musim penghujan.
Penelitian Vaksin DBD
Hasil penelitian berskala besar (20.000 subjek) Fase 3 vaksin dengue CYD 15 di 5 negara endemis di Amerika Latin dan Karibia: sampel adalah 20875 anak berusia 9-16 tahun, vaksin CYD15 secara keseluruhan berhasil menurunkan kasus dengue sampai 60,8 persen, mengurangi tingkat perawatan di RS karena dengue sampai 80,3 persen, mereduksi kasus Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) sampai 88,5 persen, yang tercapai saat studi sejenis di Asia bulan Juli lalu yang sudah dipublikasikan di Jurnal Kedokteran Lancet.
Penelitian Masih Berlanjut
Secara keseluruhan, hasil penelitian menunjukkan efikasi sebesar 56,5 persen terhadap dengue dengan gejala pada anak usia 2 sampai 14 tahun setelah mendapatkan tiga dosis vaksin sesuai jadwal (0, 6, 12 bulan). Selain itu, analisis menunjukkan penurunan demam berdarah dengue (kasus dengue yang parah) sebanyak 88,5 persen, berdasarkan kriteria WHO. Penelitian ini juga menunjukkan penurunan dalam risiko rawat inap karena dengue sebesar 67 persen.
Profil keamanan vaksin yang baik diamati selama 25 bulan periode pengamatan dari studi fase III di Asia, yang konsisten dengan profil keamanan yang didokumentasikan dalam penelitian lain (fase I, II, IIb). masih akan diamati hasil penelitian ini sampai selesai nantinya, untuk melihat bagaimana sebenarnya kemungkinan penggunaan vaksin Demam Berdarah di dunia. (litbang.depkes.go.id)
Editor : Bayu Probo
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...