Demam Kongo Tewaskan Lansia, Spanyol Periksa 200 Warga
MADRID, SATUHARAPAN.COM - Otoritas kesehatan Spanyol mulai melakukan pemeriksaan terhadap sekitar 200 warga setelah penyakit langka demam Kongo yang disebabkan virus mematikan merenggut satu korban jiwa dan menjangkiti seorang perawat yang merawat korban, menurut keterangan otoritas setempat, pada Kamis (1/9), seperti dikutip dari AFP
Korban, pria berusia 62 tahun, mengembuskan napas terakhir akibat terjangkit demam Kongo di rumah sakit di ibu kota Madrid pada 25 Agustus lalu, menurut pernyataan pemerintah daerah setempat.
Korban diduga terjangkit virus tersebut setelah digigit oleh caplak saat sedang jalan-jalan di wilayah pedesaan di daerah Castile dan Leon.
Seorang perawat, yang merawat pria itu di ruang perawatan intensif rumah sakit juga menderita demam Kongo dan kini dikarantina.
Otoritas kesehatan telah mengidentifikasi sekitar 200 orang yang melakukan kontak dengan korban dan perawat tersebut, dan mereka kini dalam pemantauan untuk mengetahui apakah mereka mengalami gejala terjangkit demam Kongo.
Demam Kongo atau Congo-Crimea hemorrhagic fever (CCHF), merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui caplak, kutu yang menghinggapi berbagai hewan ternak dan peliharaan. Mayoritas kasus terjadi pada orang yang terlibat dalam industri peternakan, seperti pekerja pertanian, pekerja rumah jagal, dan dokter hewan.
Penyakit ini sejenis penyakit demam berdarah, seperti dikutip dari wartakesehatan.com. Pertama kali muncul di Crimea, Kongo pada tahun 1944 dan menyebar pada tahun 1969. Kini, penyakit ini telah menyebar hampir ke seluruh dunia, terutama di wilayah Asia. Pada tahun 2015 penyakit ini mulai menyebar di India, dan para pekerja pertanian adalah orang yang paling sering terkena wabah ini. Menurut WHO, penyakit ini memiliki tingkat kematian hingga 40 persen.
Penularan ke manusia terjadi melalui kontak dengan darah hewan atau caplak. CCHF juga dapat ditularkan antarmanusia melalui darah atau cairan tubuh.
Virus tersebut disebarkan oleh caplak di Afrika, Asia, Timur Tengah, Eropa Timur, serta wilayah barat daya Eropa.
Kasus demam berdarah Kongo di Eropa terjadi di sejumlah negara termasuk Albania, Armenia, Bulgaria, Yunani, Kazakhstan, Kosovo, Rusia, Serbia, Tajikistan, Turki, Turkmenistan, Ukraina, dan Uzbekistan, menurut laporan Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa.
Demam berdarah Kongo memiliki tingkat kematian 10-40 persen. Berikut gejala penyakit itu, yang dikutip dari who.int, meliputi demam tinggi, muntah, dan sakit perut. Ketika kondisi pasien kian parah, akan timbul lebam dan mimisan parah.
Setelah infeksi oleh gigitan kutu, masa inkubasi biasanya satu sampai tiga hari, dengan maksimum sembilan hari. Setelah dua sampai empat hari, agitasi dapat diganti oleh kantuk, depresi dan kelelahan, dan nyeri perut dapat melokalisasi ke kuadran kanan atas, dengan hepatomegali terdeteksi (pembesaran hati), denyut jantung cepat, limfadenopati (kelenjar getah bening membesar), dan ruam petekie (ruam yang disebabkan oleh perdarahan ke dalam kulit) pada permukaan mukosa internal, seperti di mulut dan tenggorokan, dan pada kulit.
Fenomena hemoragik lainnya, biasanya ada bukti hepatitis, dan berat pasien sakit mungkin mengalami kerusakan ginjal yang cepat, gagal hati tiba-tiba, atau kegagalan paru setelah hari kelima penyakit.
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...