Demi Kebaikan Itu Sendiri
Berbuat baik ya berbuat saja, tidak ada tendensi apa pun, tidak dipengaruhi masa dan tempat.
SATUHARAPAN.COM – ”Ngeri naik taksi di Thailand, kebanyakkan mereka demen nipu. Bikin kapok, bikin susah percaya sama orang asing, apalagi di tempat yang tidak kita kenal.” Saya mendengar celoteh teman rombongan tur saat sedang bervakansi ke Bangkok Thailand sekitar dua bulan lalu.
Apple, Si Pemandu Wisata warga negara Thailand, menepis anggapan tersebut, ”Ibu, jangan buang hidup Ibu untuk mencurigai orang lain. Masih ada orang baik di dunia ini bu, asal Ibu mau percaya.”
Awalnya saya terkekeh mendengar kata ”buang hidup”. Menurut saya pendapat Apple nonsense banget. Mungkin begitulah kode etik pemandu wisata, memberikan kesan yang baik pada wisatawan asing yang datang.
Sampai turun berita pada akhir Juni lalu, belasan remaja dari sebuah tim sepak bola dari Thailand hilang terjebak di sebuah gua bersama pelatih mereka, saya merenungkan kembali ucapan Apple. Demi misi kemanusiaan, banyak pihak turun tangan membantu pencarian anak-anak remaja itu. Bahkan orang-orang asing dari berbagai negara datang lokasi pencarian: para penyelam senior dan dokter ahli dari Inggris, Finlandia, Denmark, Belgia, Kanada, Australia, juga dari Korea Selatan.
Warga yang mampu menyelam pun menyumbangkan apa yang mereka bisa lakukan. Pemilik usaha laundry memberikan jasa cuci baju gratis untuk tim penyelamat yang membutuhkan. Seorang petani yang baru saja memanen hasil ladangnya, sedianya akan dijual di pasar kota Bangkok, tetapi dia membawanya ke lokasi gua, bahan pangan itu untuk tim penyelamat dan korban. Petani yang lain rela sawahnya dibanjiri air yang disedot dari gua, dia ikhlas padinya mati demi selamatnya anak-anak remaja itu.
Tidak ada pihak yang mencari kambing hitam. Orang tua para korban dan masyarakat fokus pada urusan penyelamatan. Bahkan media massa pun tidak memprovokasi apa pun, mereka memublikasi berita secara objektif.
Sembilan hari para remaja itu hilang, terkubur di dalam gua bawah tanah yang aksesnya tertutup air dan reruntuhan batu. Tetapi, berkat kerjasama yang baik dari berbagai pihak, akhirnya 12 remaja dan 1 pelatih sepak bola berhasil diselamatkan. Bahkan Presiden FIFA secara khusus mengundang mereka ke Moskow Rusia untuk menyaksikan pertandingan final Piala Dunia tanggal 15 Juli mendatang.
Apple benar, orang baik itu betul-betul ada. Orang baik tidak perlu pasang syarat untuk jadi baik. Berbuat baik ya berbuat saja, tidak ada tendensi apa pun, tidak dipengaruhi masa dan tempat. Mari berbuat baik demi tujuan kemanusiaan, demi kebaikan itu sendiri.
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor: Yoel M. Indrasmoro
Rubrik ini didukung oleh PT Petrafon (www.petrafon.com)
Puluhan Anak Muda Musisi Bali Kolaborasi Drum Kolosal
DENPASAR, SATUHARAPAN.COM - Puluhan anak muda mulai dari usia 12 tahun bersama musisi senior Bali be...