Demonstran Anti Rasisme Unjuk Rasa Tolak Sayap Kanan di Seluruh Inggris
LONDON, SATUHARAPAN.COM-Ribuan demonstran anti rasisme berunjuk rasa di seluruh Inggris pada hari Sabtu (10/8) untuk memprotes kerusuhan baru-baru ini yang dituduhkan kepada kelompok sayap kanan setelah serangan pisau di Southport yang menewaskan tiga anak.
Massa berkumpul di London, Glasgow, Belfast, Manchester, dan banyak kota lain di Inggris, karena kekhawatiran akan konfrontasi kekerasan dengan agitator antiimigrasi tidak terwujud.
Hal ini terjadi setelah situasi serupa yang terjadi pada Rabu (7/8) malam, ketika demonstrasi sayap kanan yang diantisipasi di seluruh negeri malah digantikan oleh pertemuan yang diselenggarakan oleh kelompok advokasi Stand Up To Racism.
Lebih dari selusin tempat di Inggris serta Belfast telah dilanda kerusuhan sebelum itu, menyusul penusukan pada 29 Juli, yang secara keliru dikaitkan di media sosial dengan seorang imigran Muslim.
Para perusuh menargetkan masjid dan hotel yang terkait dengan imigrasi, serta polisi, kendaraan, dan lokasi lainnya.
Namun, malam-malam terakhir sebagian besar berlangsung damai di kota-kota Inggris, yang memicu harapan di antara pihak berwenang bahwa lebih dari 700 penangkapan dan banyak orang yang telah dipenjara telah menghalangi kekerasan lebih lanjut.
Namun, di Irlandia Utara, yang telah mengalami kekacauan berkelanjutan sejak akhir pekan lalu, polisi mengatakan mereka sedang menyelidiki dugaan kejahatan rasial bermotif kebencian.
Sebuah bom bensin dilemparkan ke sebuah masjid di Newtownards, sebelah timur Belfast, pada dini hari Sabtu, dengan grafiti disemprotkan di pintu depan dan dinding bangunan, menurut Kepolisian Irlandia Utara (PSNI).
Dikatakan bahwa bom bensin yang dilemparkan ke properti itu tidak menyala.
Ditanggapi Dengan Serius
“Ini diperlakukan sebagai kejahatan kebencian bermotif rasial, dan saya ingin menyampaikan pesan yang kuat kepada mereka yang melakukan ini, bahwa jenis kegiatan ini tidak akan ditoleransi dan setiap laporan kejahatan kebencian akan ditanggapi dengan sangat serius,” kata Kepala Inspektur PSNI, Keith Hutchinson.
Ada juga laporan kerusakan properti dan kendaraan di Belfast pada malam hari, karena kerusuhan terus berlanjut.
Kerusuhan di Irlandia Utara dipicu oleh berbagai peristiwa di Inggris tetapi juga telah dipicu oleh paramiliter loyalis pro-Inggris dengan agenda mereka sendiri, menurut PSNI.
Sekitar 5.000 demonstran anti rasisme berunjuk rasa di Belfast pada hari Sabtu tanpa insiden.
Di London, ratusan orang berkumpul di luar kantor partai Reform UK milik arsitek Brexit, Nigel Farage, sebelum berbaris ke parlemen, sementara sejumlah besar polisi mengawasi.
Farage dan tokoh sayap kanan lainnya telah disalahkan karena membantu memicu kerusuhan melalui retorika anti imigran dan teori konspirasi.
"Sangat penting bagi orang kulit berwarna di negara ini, bagi para imigran di negara ini, untuk melihat kami di sini sebagai orang Inggris kulit putih yang berkata 'tidak, kami tidak mendukung ini'," kata peserta Phoebe Sewell, 32 tahun, dari London, kepada AFP.
Rekan sesama warga London, Jeremy Snelling, 64 tahun, mengatakan ia ikut serta karena "saya tidak suka sayap kanan mengklaim jalan atas nama saya."
Ia tidak menganggap Farage "bertanggung jawab secara pribadi" atas kekerasan tersebut, tetapi berpendapat bahwa pendiri partai Reformasi itu telah "berkontribusi" pada lingkungan yang tidak stabil. "Saya pikir ia merusak dan saya pikir ia berbahaya," tambah Snelling. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...