Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 12:38 WIB | Jumat, 07 Februari 2025

Demonstran Bakar Rumah Ayah PM Bangladesh, Sheikh Hasina Yang Digulingkan

Demonstran membakar kediaman Dhanmondi-32 milik Bangabandhu Sheikh Mujibur Rahman, ayah dari PM Sheikh Hasina yang digulingkan, di Dhaka, Bangladesh, hari Rabu, 5 Februari 2025. (Foto: Reuters)

DHAKA, SATUHARAPAN.COM-Ribuan demonstran membakar rumah pemimpin pendiri Bangladesh, sementara putrinya, mantan Perdana Menteri Sheikh Hasina yang digulingkan menyampaikan pidato berapi-api di media sosial yang menyerukan para pendukungnya untuk menentang pemerintah sementara.

Saksi mata mengatakan beberapa ribu demonstran, beberapa bersenjatakan tongkat, palu, dan peralatan lainnya, berkumpul di sekitar rumah bersejarah dan monumen kemerdekaan, sementara yang lain membawa derek dan ekskavator untuk menghancurkan bangunan tersebut.

Unjuk rasa tersebut diselenggarakan bersamaan dengan seruan yang lebih luas, yang dijuluki "Pawai Buldoser", untuk mengganggu pidato daring Hasina yang dijadwalkan pukul 21:00 malam pada hari Rabu (5/2).

Para pengunjuk rasa, banyak yang berpihak pada kelompok “Mahasiswa Melawan Diskriminasi”, telah menyatakan kemarahan mereka atas pidato Hasina, yang mereka pandang sebagai tantangan bagi pemerintahan sementara yang baru dibentuk.

Ketegangan telah meningkat di Bangladesh sejak Agustus 2024, ketika protes massal memaksa Hasina melarikan diri ke negara tetangga India.

Pemerintah sementara, yang dipimpin oleh peraih Nobel, Muhammad Yunus, telah berjuang untuk mempertahankan kendali sementara protes dan kerusuhan terus berlanjut. Para demonstran telah menyerang simbol-simbol pemerintahan Hasina, termasuk rumah Sheikh Mujibur Rahman, yang pertama kali dibakar pada bulan Agustus.

Sebagai simbol berdirinya negara, rumah tersebut adalah tempat Bangabandhu (sahabat Benggala), begitu ia dikenal, mendeklarasikan kemerdekaan Bangladesh dari Pakistan pada tahun 1971.

Beberapa tahun kemudian, tempat tersebut menjadi lokasi tragedi nasional. Mujibur Rahman dan sebagian besar keluarganya dibunuh di rumah tersebut pada tahun 1975. Hasina, yang selamat dari serangan tersebut, kemudian mengubah bangunan tersebut menjadi museum yang didedikasikan untuk mengenang warisan ayahnya.

“Mereka dapat merobohkan sebuah bangunan, tetapi bukan sejarahnya. Sejarah akan membalas dendam,” kata Hasina dalam pidatonya pada hari Rabu.

Ia mendesak rakyat Bangladesh untuk menentang pemerintah sementara, menuduh mereka merebut kekuasaan dengan cara yang tidak konstitusional.

Gerakan yang dipimpin mahasiswa di balik protes tersebut telah menyuarakan rencana untuk membongkar Konstitusi negara tahun 1972, yang menurut mereka merupakan warisan dari pemerintahan ayahnya. (Reuters)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home