Demonstran Blokir Kantor Presiden Ukraina

KIEV, SATUHARAPAN.COM -  Demonstran pro Uni Eropa memblokir pintu masuk ke gedung administrasi presiden Ukraina, hari Jumat (6/12), menandai meningkatnya keresahan masyarakat yang makin luas di negeri itu memasuki pekan ketiga aksi protes massa.

Para pengunjuk rasa yang berjumlah lebih dari 1.000, menurut Radio Svoboda, mendirikan barikade di dekat Independence Square  (Lapangan kemerdekaan) di ibu kota negara, Kiev. Mereka berjaga hingga malam mengantisipasi kemungkinan pemerintah mengirim polisi untuk membubarkan massa.

Polisi tidak berusaha untuk campur tangan, meskipun tentara mencegah lebih banyak pengunjuk rasa memasuki jalan di mana kantor presiden berada,  kata koresponden RIA Novosti di tempat kejadian.

Para pengunjuk rasa meneriakkan "Polisi bersama-sama dengan rakyat," dan pemimpin protes mengimbau para demonstran tidak menyerang pasukan. "Mereka bukan Berkut (polisi anti huru hara), ini adalah pasukan dalam negeri, mereka adalah orang-orang yang sama seperti kita," kata salah satu penyelenggara protes.

Polisi anti huru hara membubarkan demonstrasi di pusat kota Kiev, Sabtu lalu, menyebabkan jatuhnya sejumlah korban luka-luka. Presiden Ukraina, Viktor Yanukovych, kemudian mengecam penggunaan kekerasan terhadap para pengunjuk rasa dan memerintahkan jaksa untuk menyelidiki insiden tersebut.

Sementara itu, pihak oposisi menyerukan demonstrasi massal lain di pusat kota pada hari Minggu, kata  Radio Svoboda dalam laporannya.

Pemerintah Ukraina mundur dari perjanjian asosiasi dan perdagangan bebas dengan Uni Eropa. Rencana yang dibahas pada 21 November itu akan membawa Ukraina lebih dekat dengan Uni Eropa, bukannya memilih untuk memperkuat hubungan ekonomi dengan Rusia.

Ratusan ribu orang turun ke jalan-jalan Kiev dalam protes terbesar sejak  revolusi oranye pada kurun 2004-2005 di negara itu. (ria.ru)