Denny Sumargo Belajar dari Orang Tertindas
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – "Kamu diberikan kehidupan ini karena kamu mampu untuk menjalaninya apapun keadaannya." Begitulah kalimat yang dituliskan aktor sekaligus pebasket Denny Sumargo dalam akun media sosial Twitter pribadinya. Kalimat tersebut secara implisit menggambarkan bahwa ia adalah sosok yang tak ingin jauh dari rasa syukur.
Aktor yang naik daun lewat film 5 cm ini mengaku tak pernah menyangka menjadi tokoh yang dikenal banyak orang. Sejarah perjuangan hidupnya yang panjang membentuk karakternya menjadi pribadi yang selalu bersyukur dalam berbagai situasi.
“Saya sangat bersyukur, bahkan terlalu bersyukur karena saya tak pernah berharap ada di sini. Saya bukan tipe orang yang ingin jadi orang terkenal. Orang lain yang mengangkat saya seperti ini. Saya hanya mencoba bersikap menjadi diri sendiri,” kata Denny kepada satuharapan saat ditemui di Epicentrum Walk, Kuningan, Jakarta pada Selasa (27/1) malam.
Kehidupan masa lalu yang seakan tak memberi ruang baginya telah mengajari caranya bersikap menghadapi berbagai cobaan hidup.
“Yang saya syukuri adalah sekarang saya tidak berutang, saya tidak menipu, saya tidak mengatakan kebohongan, dan saya tetap menjadi diri saya sendiri,” ujar pria yang belakangan ini bergabung bersama grup musik Kotak menggarap sebuah film layar lebar.
Dari kisah perjalanannya yang telah ditempuh selama 34 tahun ini, Denny mengaku banyak belajar dari Yesus, dari Nabi Muhammad, dari guru-guru di gunung, dari pengemis di jalan, dan dari orang-orang populer yang ‘berkeliaran’ di sekitarnya.
“Setiap pribadi mereka membawa pesan bagi kita,” kata Denny.
Sementara itu, inspirasi dalam hidupnya adalah orang-orang tertindas yang pernah ia temui.
“Contoh anak-anak yang tidak mampu, yang terbelakang, orang-orang miskin yang tetap bisa tersenyum, dan bersikap baik meskipun tak punya apa-apa, bagi saya itu adalah inspirasi terbesar saya,” ujar Denny sembari tersenyum simpul.
Lebih Baik Gagal dalam Mencoba
Denny yang sebelumnya aktif bermain basket mengaku tak pernah terbayang akan menjadi seorang aktor. Sebelumnya, ia mengaku tak punya bekal dan pengetahuan apapun tentang seni peran. Masuk dalam kawah produksi film menurutnya seperti masuk dalam tempat yang asing.
“Tawaran itu datang pada saat saya sudah berhenti bermain basket. Dan untuk mengisi waktu luang, saya akhirnya mengambil tawaran bermain film 5 cm,” ujarnya.
Olahraga dan akting menurutnya sama-sama berada dalam ranah seni. Jika akting merupakan perwujudan seni peran, basket kata Denny ialah wujud seni yang lebih eksplosif.
“Saya punya keyakinan apapun yang saya kerjakan selalu memberikan hasil pada saat saya berhasil menjalani tantangan yang ada. Saya nggak suka main aman. Jika harus gagal, saya pun harus gagal dalam mencoba,” kata pria kelahiran Luwuk itu.
Namun, nyatanya berkecimpungnya Denny dalam dunia peran disambut baik oleh penonton film di Indonesia.
“Waktu itu Tuhan berkata baik kepada saya. Film (5 cm, Red) itu menjadi hit dan saya akhirnya mendapat kesempatan bermain film yang lebih banyak lagi. Sekarang yang saya lakukan adalah menjalani kesempatan itu dan belajar mencari sisi kelemahan dan pengetahuan yang saya belum punya di dunia film untuk bisa membangun karakter,” ujar Denny.
Dalam prosesnya belajar mendalami peran, aktor yang pernah menjuarai Turnamen Kobatama 2002 di Surabaya bersama tim basket ASPAC ini tak segan melakukan riset, menonton banyak film, mengikuti pola cerita, dan mengikuti arahan sutradara.
“Sampai di satu titik di mana saya tak harus lagi banyak berpikir saat menjalani peran,” kata Denny menutup perbincangan.
Editor : Sotyati
Festival Film Berlin Tinggalkan Medsos X
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Festival Film Berlin menjadi festival film papan atas Eropa terbaru yang ...