Depresiasi Tajam Rupiah Diharapkan Dapat Dicegah Pekan Ini
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Rupiah diperkirakan akan mengalami depresiasi pekan ini. Namun, kehadiran Bank Indonesia di pasar diharapkan dapat mengurangi peluang depresiasi tajam nilai tukar rupiah.
Hal ini diutarakan oleh analisis yang disajikan oleh Samuel Sekuritas pagi ini (21/11).
Ada berbagai faktor yang menyebabkan pasar berpeluang mendepresiasi nilai tukar rupiah. Di antaranya adalah inflasi yang berpeluang naik, sebagaimana dikemukakan oleh hasil survei Bank Indonesia.
Menurut survei yang dilakukan BI di minggu ketiga november, tekanan inflasi sebesar 0,39 persen MoM (3,47% YoY) yang berarti tren kenaikan inflasi masih berlanjut.
Hal ini, menurut Samuel Sekuritas, bisa mempertahankan sentimen negatif di pasar SUN serta rupiah.
Selain itu, sentimen penguatan dolar AS di pasar global juga ikut mempengaruhi rupiah. Pelemahan harga komoditas di pasar global bersamaan dengan pelemahan kurs mata uang lainnya di Asia, ikut memberi tekanan pada rupiah.
Sementara itu pasar global diwarnai oleh dolar yang masih kuat terlihat dari dollar index yang terus menguat. Tidak hanya akibat meningginya harapan kenaikan suku bunga bank sentras AS yang ditarget di akhir tahun, tetapi juga akibat meningkatnya harapan atas laju kenaikannya pada 2017 yang dipicu oleh perubahan peta politik AS yang diperkirakan lebih ekspansif pada kebijakan fiskal.
Di sisi lain transisi dana dari obligasi ke saham masih terlihat sejalan dengan kenaikan imbal hasil US Treasury dan tren penguatan S&P 500. Sementara itu, harga komoditas non-minyak mulai turun mengikuti tren pelemahan harga minyak yang telah lebih dulu muncul.
Rusia Tembakkan Rudal Balistik Antarbenua, Menyerang Ukraina
KIEV, SATUHARAPAN.COM-Rusia meluncurkan rudal balistik antarbenua saat menyerang Ukraina pada hari K...