Desa Wisata Berpotensi Jadi Alternatif Destinasi Utama Pariwisata
JKARTA, SATUHARAPAN.COM – Program desa wisata yang sedang bergaung di sejumlah daerah, merupakan hal positif dan sangat potensial dijadikan alternatif dari destinasi atau tujuan utama berbagai lokasi pariwisata Tanah Air.
“Jika ada destinasi superprioritas semestinya harus ada destinasi alternatif. Desa wisata adalah destinasi alternatif yang menjadi penyangga destinasi prioritas tersebut,” kata Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda, dalam rilis di Jakarta, Senin (2/3).
Untuk itu, berbagai pihak termasuk pelaku usaha pariwisata hingga BUMN, juga harus membantu terlaksananya desa wisata.
Politisi PKB itu berpendapat wisatawan terkadang tidak mampu bertahan lama di destinasi utama dan merasa jenuh, sehingga mencari alternatif hiburan lain. “Intinya harus ada kolaborasi pemerintah pusat dan pemerintah daerah, jangan saling menegasi,” ucapnya.
Konsep Desa Wisata
Sebagaimana diwartakan, sejumlah pemerintah daerah di Tanah Air juga telah mempersiapkan dan menerapkan konsep desa wisata yang sedang gencar didorong pihak pemerintahan saat ini.
Pemerintah Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, misalnya, dikabarkan tengah menyiapkan satu desa wisata baru di Kecamatan Kiarapedes untuk menambah keberadaan desa wisata di daerah tersebut.
“Desa wisata di Purwakarta baru ada satu, yakni Kampung Tajur, Desa Pasanggrahan, Kecamatan Bojong. Kami berencana menambah satu desa wisata lagi,” kata Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga Pariwisata dan Kebudayaan setempat Irfan Suryana, di Purwakarta, Minggu (16/2).
Desa wisata itu dibentuk sebagai bagian dari upaya mengimplementasikan instruksi Kementerian Pariwisata terkait desa wisata sebagai destinasi wisata.
Keberadaan desa wisata di Kampung Tajur selama ini cukup positif. Perekonomian masyarakat tumbuh seiring dengan tingginya pengunjung desa wisata itu.
Sementara itu, Pemerintah Aceh berkolaborasi dengan Atsiri Research Center Universitas Syiah Kuala (ARC Unsyiah) dan elemen lain, mengembangkan desa wisata nilam yang telah dibangun di Desa Ranto Sabon, Kecamatan Sampoiniet, Kabupaten Aceh Jaya.
“Pemerintah Aceh melalui Disbudpar, pada tahun 2020 ini telah menyiapkan program pengembangan sumber daya manusia (SDM) untuk mendukung beroperasinya desa wisata nilam di Aceh Jaya,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh, Jamaluddin, di Banda Aceh, Rabu (5/2).
Melalui program tersebut masyarakat desa setempat akan diedukasi, sehingga mereka menjadi masyarakat sadar wisata, baik untuk menjaga kebersihan desa, melayani pengunjung dan juga bersikap ramah. Jamal mengatakan tersedianya SDM mumpuni di bidang pariwisata merupakan komponen penting suksesnya desa wisata.
Sebelumnya, Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta akan menggarap beberapa desa wisata di daerah itu sebagai upaya mendatangkan wisatawan baik domestik maupun internasional.
“Terkait dengan penyiapan konsep itu, tentu kami basisnya desa wisata untuk mencoba beberapa kegiatan yang menyangkut bagaimana menghadirkan wisata internasional,” kata Kepala Dinas Pariwisata Bantul Kwintarto Heru Prabowo di Bantul, Minggu (2/2). (Ant)
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...