Dewan Pakar: Iklim dan Keamanan Pangan Terancam, Manusia Harus Berubah
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM – Umat manusia menghadapi perubahan besar di bidang iklim dan ketahanan pangan, kata Dewan Pakar Iklim PBB, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). Tanpa perubahan perilaku, manusia akan menghadapi ancaman serius.
Perubahan cuaca dan suhu akan mempengaruhi ketahanan pangan secara serius. Demikian pernyataan dewan pakar PBB Intergovernmental Panel on Climate Change, IPCC. Dalam pernyataan yang dirilis hari Kamis (8/8) disebutkan, hanya perubahan perilaku yang mendasar bisa mengubah situasi.
IPCC mengingatkan, upaya untuk membatasi pemanasan global saat ini hanya bisa berhasil dengan perubahan cepat dan menyeluruh. Laporan IPCC tentang pemanfaatan lahan dan perubahan iklim, menyoroti perlunya melindungi hutan tropis yang tersisa sebagai penyekat terhadap pemanasan suhu bumi di masa depan.
Untuk itu, diperlukan kebijakan yang serius di bidang reboisasi untuk mengimbangi laju kerusakan hutan. Lembaga PBB itu mengingatkan, banyak megaproyek membahayakan keamanan pangan. Terutama kebijakan pengurangan emisi harus menjadi fokus untuk mencegah bencana masa depan.
Darurat Iklim Mencekik
"Lahan terbatas, sementara populasi manusia terus berkembang, dan semuanya terbungkus selimut darurat iklim yang mencekik," kata Dave Reay, Profesor Manajemen Karbon di Universitas Edinburgh.
Eksploitasi sumber daya hutan, tanaman dan tanah secara besar-besaran menghasilkan emisi CO2, metana dan dinitrogen oksida dalam jumlah besar di planet Bumi. Sementara itu sektor pertanian memanfaatkan 70 persen pasokan air tawar Bumi.
Ketika populasi global meningkat cepat hingga mencapai 10 miliar manusia pada pertengahan abad ini, maka petani dan industri pertanian akan memainkan peran kunci untuk menjamin ketahanan pangan dan membatasi ekses terburuk dari perubahan iklim.
"Tanah adalah tempat tinggal kita," kata ketua bersama IPCC Hoesung Lee saat peluncuran laporan itu. "Tanah berada di bawah tekanan populasi manusia yang meningkat dan tanah adalah bagian dari solusi, tetapi tanah tidak bisa melakukan semuanya."
Ketimpangan Pasokan Pangan
Laporan setebal 1.000 halaman ini menyelami sistem produksi bahan makanan bagi umat manusia dan dampak buruk yang ditimbulkannya.
Pertanian dan jalur pasokannya menyumbang sebanyak 37 persen dari semua emisi buatan manusia. Sistem produksi industri saat ini dan rantai pangan global, mengakibatkan ketidaksetaraan pangan global yang sangat luas.
Laporan itu mencatat bahwa saat ini ada dua miliar orang dewasa yang kelebihan berat badan atau obesitas, sementara ada 820 juta orang yang masih tidak mendapatkan kalori yang cukup.
Selain itu, sepertiga dari semua makanan yang diproduksi saat ini, hilang atau terbuang sia-sia.
Krisis Picu Pemanasan Global
"Pengetahuan baru menunjukkan peningkatan risiko dari kelangkaan air, kekeringan lahan, kerusakan akibat kebakaran, degradasi lapisan es abadi dan ketidakstabilan sistem pangan, bahkan memberi kontribusi untuk pemanasan global sekitar 1,5 derajat celsius," kata Valerie Masson-Delmotte, salah satu ketua IPCC.
Pada kenaikan suhu global sekitar 2 derajat celsius, risiko kerawanan pangan meningkat menjadi "sangat tinggi". Ketua IPCC itu mengatakan, baik produsen maupun konsumen sebetulnya bisa berperan menjadi bagian dari solusi.
"Ada solusi di tangan petani. Tetapi ada juga solusi di tangan kita masing-masing sebagai konsumen, ketika kita membeli makanan, dan jangan buang-buang makanan," kata Masson-Delmotte. (dw.com)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...