DGD Kecam Pembunuhan Terhadap Penyandang Disabilitas di Jepang
SATUHARAPAN.COM – Dewan Gereja Dunia (World Council of Churches/WCC) mengecam aksi pembunuhan yang dilakukan terhadap kelompok disabilitas di Jepang.
Wakil Sekretaris Umum Dewan Gereja Dunia, Pdt Dr Hielke Wolters mengatakan saat ini kehidupan manusia di muka bumi mencerminkan nilai-nilai penting yang harus dihormati.
“Kami berdoa untuk mereka, dan kami selalu menghibur gereja dan anggota keluarga yang ditinggalkan, kami ingin melindungi dan memelihara karunia hidup,” kata Wolters.
Wolters mengacu kepada Deklarasi Dewan Gereja Dunia tentang Penyandang Disabilitas (Ecumenical Disability Advocates Network/EDAN) yang menyatakan setiap orang – tidak terkecuali penyandang disabilitas – memiliki kedudukan yang sama di mata Tuhan Yesus, dan sudah seharusnya mendapat kasih sayang.
“Aksi ini melanggar keyakinan kita yang terdalam, dan kita berutang satu sama lain sebagai anak-anak Allah,” kata Wolters.
Wolters mengharapkan saat ini seluruh umat manusia tidak melupakan atau merendahkan kepribadian penyandang disabilitas fisik dan mental, karena setiap orang setiap hari diharapkan menjunjung etika dan berkomitmen menghargai hak asasi manusia.
Kepala Eksekutif (Ecumenical Disability Advocates Network/EDAN), Samuel Kabue, mengatakan hidup seseorang adalah pemberian dari Tuhan, dan tidak ada orang lain yang memiliki hak untuk mengambilnya.
“Tindakan ini jelas tidak sesuai dengan batas-batas agama, karena dalam masyarakat dunia saat ini telah diatur melalui konvensi PBB bahwa setiap orang memiliki hak untuk hidup,” kata Kabue.
Kabue menjelaskan bahwa saat ini terdapat salah satu Konvensi dalam Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mengatur Hak Penyandang Disabilitas yang menyatakan setiap manusia memiliki hak untuk hidup dan setiap negara harus mengambil langkah yang diperlukan untuk menjamin penyandang disabilitas untuk menikmati fasilitas yang khusus dan disediakan negara.
Menurut reuters.com, aksi kekerasan terjadi hari Selasa (26/7) mengakibatkan 19 tuna grahita yang berusia antara 18 hingga 70 meninggal dunia di Prefektur Tsukui Yamayure-en di Sagamhira, Jepang.
Pelaku penyerangan – Satoshi Uematsu – telah ditangkap. Laki-laki berusia 26 tahun tersebut bekerja di panti sosial yang mengurusi penyandang disabilitas tersebut.
Sekretaris Kabinet Jepang, Yoshihide Suga menjelaskan ungkapan duka cita, karena insiden tersebut mengagetkan Jepang.
“Karena orang-orang tidak berdosa menjadi korban,” kata Suga saat mengadakan konferensi di Tokyo. (oikoumene.org/reuters.com)
Editor : Eben E. Siadari
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...