Di Forum Parlemen G-20, Puan Sampaikan Isu Kelaparan Akibat Perang
“Kita dapat memengaruhi pemerintah di negara kita masing-masing,... termasuk penyelesaian perselisihan dan perbedaan kita dengan cara damai."
BRASILIA, SATUHARAPAN.COM-Ketua DPR RI, Puan Maharani, mengangkat isu kelaparan atau kerawanan pangan akibat perang dalam G20 Parliamentary Speaker's Summit atau Forum Parlemen G-20 (P-20) ke-10 di Brasil, Amerika Selatan.
"Kita hidup di zaman ketegangan geopolitik, perang dan konflik yang sedang meningkat. Mungkin ini masa yang paling berbahaya sejak Perang Dunia ke-2 (World War II). Singkatnya, dunia sedang menghadapi badai secara bersamaan," kata Puan dalam keterangan resminya di Jakarta, hari Jumat (8/11).
Puan juga menyinggung soal krisis global lainnya yang sedang dihadapi dan mengganggu kehidupan masyarakat di seluruh dunia. Mulai dari pandemi COVID-19, ketidakstabilan ekonomi, perubahan iklim, hingga perang dan berbagai konflik yang tidak hanya meningkatkan kerawanan pangan, tetapi juga energi.
Hampir 700 juta orang atau setara dengan 8,5 persen populasi global di dunia pun masih hidup dalam kemiskinan ekstrem.
Meningkatnya ketegangan geopolitik dan besarnya persaingan antar negara, menurut Puan, telah mengalihkan perhatian dunia dari masyarakat miskin. Padahal pengeluaran militer global mencapai 2,4 triliun dolar AS pada tahun 2023 atau setara dengan 2,3 persen PDB global. Sementara itu, pada periode yang sama tahun 2023, bantuan pembangunan resmi (ODA) berjumlah 223,7 miliar dolar AS atau kurang dari 10 persen belanja global militer.
"Meskipun kita tahu bahwa komunitas internasional mengalami kesulitan untuk mengalokasikan anggaran untuk pendanaan iklim dan membangun sekolah, fasilitas kesehatan, dan kebutuhan pembangunan lainnya untuk negara-negara berkembang," kata Puan.
Ketua DPR RI jugamempertanyakan apa jadinya jika dunia bisa mengalokasikan 50 persen belanja militer global atau sekitar 1,2 triliun dolar AS setiap tahun hingga 2030 untuk membantu masyarakat miskin.
Puan menyebut, pastinya hal tersebut akan membawa dampak besar. “Kita akan memiliki dunia yang berbeda, di mana agenda dunia bebas dari kemiskinan dan kelaparan dapat tercapai pada tahun 2030,” ucapnya.
Puan berharap P-20 dapat membuat parlemen memperbarui komitmen politik untuk mempertajam alokasi anggaran di setiap negara, guna menciptakan dunia yang lebih damai dan sejahtera, baik negara besar dan kecil.
"Kita semua adalah pemimpin politik di negara kita yang dapat membuat perbedaan. Kita dapat memengaruhi pemerintah di negara kita masing-masing, termasuk memengaruhi penyelesaian perselisihan dan perbedaan kita dengan cara damai," kata Puan.
Editor : Sabar Subekti
Kiat Menangani Anak Kejang
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Konsultan emergensi dan rawat intensif anak dari Fakultas Kedokteran Univ...