Di Iran: Gadis 13 Tahun Dibunuh Ayahnya Sendiri Demi Kehormatan
TEHERAN, SATUHARAPAN.COM-Seorang gadis Iran berusia 13 tahun dibunuh dengan cara dipenggal kepalanya ketika sedang tidur, pada hari Kamis (21/5). Pelakunya adalah ayahnya yang melakukan apa yang disebut sebagai "pembunuhan demi kehormatan," menurut laporan media setempat.
Peristiwa itu terjadi di kota Talesh di Provinsi Gilan, wilayah Iran utara. Ayahnya telah ditangkap, kata Gubernur Talesh kepada kantor berita resmi Iran, IRNA pada hari Selasa (26/5). Dia menambahkan bahwa "rincian kasus ini akan dipublikasikan setelah proses hukum."
Korban itu, Romina Ashrafi, melarikan diri dari rumah setelah ayahnya menentang dia menikahi pria yang telah “jatuh cinta padanya,” menurut media setempat. Pria yang ingin dinikahi Ashrafi dilaporkan berusia 35 tahun, menurut media lokal Iran.
Setelah dia ditemukan dan dikembalikan ke rumah oleh polisi, ayah Ashrafi membunuhnya ketika dia tidur, menggunakan sabit.
Bebas dari Qisas
Ashrafi diserahkan kepada ayahnya meskipun ada "peringatan yang berulang" bahwa dia akan berada dalam bahaya jika ada di rumah, menurut laporan.
Setelah membunuh putrinya, sang ayah pergi ke kantor polisi dengan senjata yang digunakan untuk membunuh di tangannya, dan mengakui apa yang telah dilakukannya, menurut laporan.
Pembunuhan demi kehormatan seperti itu telah banyak dikecam oleh orang Iran melalui pernyataan di media sosial.
Karena ia (ayahnya) adalah "wali" korban, berdasarkan hukum pidana Islam Iran, sang ayah akan dibebaskan dari "qisas," sebuah istilah Islam yang berarti "pembalasan," atau keadilan retributif.
Menurut Pasal 220 KUHP Islam, sebagai “wali gadis yang terbunuh, pelaku tidak akan dihukum mati. Dan banyak di media sosial berspekulasi bahwa ia akan menerima hukuman ringan, menurut laporan di situs Radio Farda.
Hadir di Pemakaman
Kepala Distrik Hovigh, Kazem Razmi, mengatakan bahwa si pembunuh ditahan dan penyelidikan atas kasus tersebut sedang dilakukan. "Tersangka... saat ini berada di penjara, dan pihak berwenang sedang bekerja untuk menyelesaikan kasus ini dan menangani berbagai dimensinya," tambah Razmi. Menurut wakil dari Provinsi Gilan untuk urusan sosial, kantor kejaksaan dan departemen kesejahteraan juga telah melangkah untuk menyelidiki kasus ini, menurut laporan di situs Radio Farda.
Deputi organisasi kesejahteraan sosial di Provinsi Gilan untuk urusan sosial, Reza Jafari, mengatakan pembunuhan itu sebagai "contoh pelanggaran hak-hak anak." Departemennya "akan melakukan segala upaya untuk memastikan hak-hak anak tersebut.
Pria yang kawin dengan Romina Ashrafi, bernama Bahman. Banyak komentar di media sosial yang mempertanyakan mengapa dia tidak ditahan karena menikah dengan anak berusia 13 tahun. Namun menurut laporan Radio Farda, bahwa menurut hukum Islam yang menganggap seorang gadis berusia 13 tahun sudah siap menikah.
Pembunuhan pada remaja dalam kasus percintaan adalah masalah serius di dunia maya berbahasa Persia. Berita pemakamannya, yang juga ditandatangani oleh ayahnya, telah banyak beredar dan mengundang kritik di media sosial.
20% dari Kasus Pembunuhan
Kantor Berita Rokna menulis bahwa Wakil Presiden Republik Islam Iran, Masoumeh Ebtekar, mengutip Presiden Hassan Rouhani mengeluarkan "perintah khusus" untuk menyelidiki pembunuhan itu.
Setiap tahun di Iran, wanita, dan anak perempuan dibunuh oleh saudara lelaki mereka dengan kedok untuk mempertahankan kehormatan mereka. Jumlah pasti dari apa yang disebut pembunuhan demi kehormatan di Iran tidak diketahui, tetapi pada tahun 2014, seorang pejabat kepolisian Teheran, Hadi Mostafaei, mengatakan bahwa 20 persen pembunuhan di Iran adalah pembunuhan demi kehormatan.
"Menurut statistik, pada 2013, 18,8 persen pembunuhan dimotivasi oleh alasan kehormatan dan terkait agama, dan Provinsi Khuzestan, Fars, dan Azarbaijan Timur adalah di antara provinsi-provinsi dengan jumlah pembunuhan terbesar", Khabar Online melaporkan.
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...