Di Tel Aviv, Pria Mengaku Mesias Ditangkap Polisi
TEL AVIV, SATUHARAPAN.COM-Arkady Vimgok Hayakar, seorang tokoh agama kultus telah menghabiskan waktu bertahun-tahun berjalan di jalan-jalan Tel Aviv, Israel, dengan jubah merah mengklaim dia adalah Mesias. Dia ditangkap oleh polisi pada awal Oktober, karena sebua program televisi menuduh dia menyalahgunakan pengikutnya, dan dia adalah pemimpin dari sebuah sekte kultus.
Dia ditangkap oleh polisi setelah wartawan Nesli Barda menyebutkan dalam programnya yang baru tentang “Bahaya Agama Kultus Israel”, bagaimana dia merekrut pengikut. Program ini ditayangkan pada hari Kamis, menurut berita Jerusalem Post, Rabu (30/10).
Hayakar dicurigai merekrut pencari spiritualitas ke sebuah sekte yang didedikasikan untuknya. Dia dikaitkan dengan beberapa kasus eksploitasi keuangan dan bahkan kematian.
Tidak banyak yang diketahui tentang Hayakar atau filsafatnya. Menurut laporan yang tersedia di media Israel, ia tampaknya tidak memiliki filosofi atau ideologi yang koheren. Dia terdaftar di situs web Pusat Korban Kultus Israel, bersama Scientology, Rabi Eliezer Berland dan Rabi Adam Sinai, sekte kultus yang harus diwaspadai.
Berland diduga menjanjikan orang-orang yang sakit parah bahwa ia dapat menyembuhkan mereka dengan sejumlah besar uang. Mereka sudah bayar dan tidak pernah sembuh. Tetapi tidak jelas apakah itu kejahatan, karena orang memiliki hak untuk percaya apa yang mereka sukai dan melakukan dengan uang mereka sesuka mereka.
Berland juga merupakan fokus dari program Barda sebelumnya. Sedangkan Sinai diduga menggunakan pengetahuannya tentang mistisisme Yahudi untuk membangun sekte.
Insiden serupa paling kejam di Israel sejauh ini yang melibatkan sekte kultus adalah konflik bersenjata tahun 1994 yang melibatkan pengikut Rabbi Uzi Meshulam dan melawan polisi.
Meshulam menuduh pemerintah Israel terlibat dalam penculikan anak-anak Mizrahi dan memberikannya kepada orang Yahudi Eropa untuk diadopsi pada tahun-tahun awal negara itu. Dia ditangkap bersama dengan 11 muridnya.
Di rumah tempat mereka bertahan selama beberapa pekan, ditemukan senjata dan bom. Salah satu pengikutnya, Shlomo Asulim, ditembak mati ketika polisi menggerebek rumah itu.
Agama kultus juga terjadi di Jepang. Tahun 1995, 12 orang meninggal dan lebih dari seribu lainnya terluka dalam serangan gas sarin di jalur kereta bawah tanah di Tokyo. Serangan itu dilakukan oleh anggota Aum Shinrikyo, pendiri kultus Shoko Ashara. Dia dieksekusi, bersama dengan enam anggota kelompoknya, oleh sistem peradilan Jepang pada tahun 2018 karena keterlibatannya dalam aksi teror domestik ini.
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...