Di Tengah Perang, Situs Bersejarah Suriah Dijarah
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM – Perang saudara di Suriah yang hampir tiga tahun, juga memunculkan penjarahan, pencurian besar-besaran dan perdagangan ilegal benda-benda bersejarah di sejumlah kota kuno di negeri itu.
Asisten Direktur bidang kebudayaan UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization), Francesco Bandarin mengatakan bahwa konflik bersenjata dan ketidakstabilan adalah pembunuhan bagi warisan budaya, dan membuka pintu untuk penggalian ilegal di situs arkeol
Bandarin mengatakan bahwa pemerintah Suriah memindahkan sebagian isi dari 34 museum nasional. Dan dia memperingatkan bahwa konflik bersenjata merupakan pukulan besar bagi negara tersebut yang memiliki beragam warisan budaya.
Dalam pertemuan dengan wartawan di New York, Bandarin mengatakan bahwa pelestarian artefak budaya adalah "satu-satunya kabar baik" di tengah perang saudara yang mengoyak Suriah sejak Maret 2011. Perang telah membunuh lebih dari 130.000 orang dan menyebabkan sekitar 9,5 juta orang mengungsi, serta dua juta mencari perlindungan di negara-negara tetangga.
Dia mengakui bahwa tak seorang pun dari UNESCO yang mampu memverifikasi tentang informasi bahwa Direktorat Purbakala dan Museum Nasional di Suriah (DGAM) mengangkut koleksi ke tempat aman sebagaimana presentasi Direktur DGAM, Maamoun Abdel–Karim. Namun hal itu dinilai cukup meyakinkan.
Abdel-Karim menyampaikan hal itu pada pertemuan UNESCO musim panas lalu di Paris yang juga dihadiri Wakil Gabungan Khusus PBB dan Liga Arab untuk Suriah, Lakhdar Brahimi, yang pekan lalu menjadi mediator perundingan pemerintah dan oposisi Suriah di Jenewa, Swiss.
Penjarahan
"Situasi di Suriah tidak hanya didominasi oleh konflik, tetapi juga hilangnya kontrol atas wilayah oleh pemerintah daerah," kata Bandarin. Hal itu membuat terjadinya penggalian ilegal pada situs arkeologi yang penting di sana.
"Hal ini terjadi di mana-mana, pada semua situs di Suriah. Dari kota Sumeria kuno, Mari, ke kota Ebla," kata Bandarin. Dia mencatat ada dua dari 12 situs yang sedang dipertimbangkan untuk masuk ke daftar Warisan Dunia (World Heritage List) yang juga dirusak.
Kerusakan juga terjadi pada situs dari Apamea di Sungai Orontes yang hancur oleh ribuan ribuan penggalian ilegal, kata dia.
"Situs itu sangat bernilai, dan kehancuran bukan hanya pada monumen, tetapi juga untuk benda-benda bernilai tinggi di dalam tanah," kata Bandarin." Dan ketika hal ini hilang, nilai ilmiah dari situs ini jelas telah dijual.
Suriah memiliki enam situs yang masuk dalam Daftar Warisan Dunia, yaitu kota kuno Aleppo, Bosra dan Damaskus, desa-desa kuno di utara Suriah seperti Crac des Chevaliers dan Qal'at Salah El-Din, dan situs Palmyra.
Projek Pencegahan
Untuk mencegah kehancuran, UNESCO meluncurkan tiga projek yang didanai Uni Eropa sebesar 2,5 juta euro. Projek ini untuk membuat database warisan budaya di Suriah, untuk memerangi perdagangan gelap dengan dukungan dari INTERPOL, polisi setempat dan petugas bea cukai, dan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat lokal dan internasional pada artefak budaya dan bahaya perdagangan illegal.
UNESCO juga memutar film yang berfokus pada pelestarian warisan budaya, “The Monuments Men”. Bandarin mengatakan bahwa film itu berkaitan dengan upaya untuk menyimpan lukisan dan artefak budaya lainnya dari kehancuran dan penjarahan selama Perang Dunia II. Diharapkan film itu untuk membangun kesadaran public pentingnya melestarikan warisan budaya. “Kadang-kadang Hollywood lebih kuat daripada semua lembaga PBB dalam meningkatkan perhatian ini,” kata dia.
UNESCO mengumumkan selesainya misi darurat untuk memulai rehabilitasi Museum Seni Islam (Islamic Arts Museum) di Kairo, Mesir yang rusak akibat serangan bom mobil pada 24 Januari lalu. Dinding bangunan itu runtuh dan merusak Museum serta Perpustakaan Nasional Bab el Khalq. Badan PBB mengirimkan wakil ke Mesir pada 30 Januari untuk mengevaluasi kerusakan terjadi. (un.org)
Utusan AS: Akhir Perang Israel dan Hizbullah ‘Dalam Gengga...
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Utusan Amerika Serikat, Amos Hochstein, mengatakan pada hari Selasa (19/11) ...