Dialog Kristen-Muslim di WCC Fokuskan Tiga Hal
JENEWA, SATUHARAPAN.COM – Dialog antara kelompok Kristen dan Muslim yang digelar bersamaan dengan kedatangan Imam Masjid dan Universitas Al-Azhar, Ahmed Al-Tayyeb memfokuskan kepada tiga hal yakni peran agama, tokoh agama, dan organisasi keagamaan.
“Perhatian utama dari pertemuan tersebut adalah perdamaian, dan khususnya peran agama, tokoh agama dan organisasi keagamaan dalam menciptakan budaya dan praktik perdamaian. Sebagai agama yang sama-sama berasal dari Abraham, kita setuju manusia diciptakan untuk berbagi hadiah cinta dan kasih sayang, perdamaian dan kasih sayang, kejujuran dan ketulusan,” kata salah satu butir pernyataan dari dialog antariman yang disepakati para peserta dialog bersama (joint communiqué), seperti diberitakan oikoumene.org, hari Sabtu (1/10).
Dialog tersebut yang digelar pada 30 September dan 1 Oktober 2016 tersebut, mengangkat tema "Menuju Dunia Terpadu." Dari pihak Muslim yang dipimpin Imam Besar Masjid dan Universitas Al-Azhar, Ahmed Al-Tayyeb, yang berbasis di Kairo, sementara dari Kristen menghadirkan World Council of Churches (WCC) atau Dewan Gereja Dunia, kemudian ada beberapa wakil dari berbagai gereja anggota WCC dan mitra ekumenis termasuk Lutheran World Federation.
Pertemuan yang berlangsung di Ecumenical Center, di Jenewa tersebut juga dilanjutkan dengan kuliah umum dari Imam Besar Masjid dan Universitas Al-Azhar, Ahmed Al-Tayyeb yang berbicara tentang “The Role of Religious Leaders in Achieving World Peace” atau “Peran Pemimpin Agama di Mencapai Perdamaian Dunia.”
Dalam sesi pembicaraan dialog antaragama mendiskusikan tentang bagaimana memerangi ekstremisme agama dan mengedepankan perdamaian. Selain itu fokus lain dalam dialog tersebut yakni keterkaitan antara kemiskinan dan kekerasan agama, pentingnya pemahaman agama yang mendalam, dan kerja sama lintas agama sebagai sarana memerangi ekstremisme.
Selain itu ada juga kebutuhan untuk melibatkan generasi muda untuk menjadi anggota penuh komunitas agama. Pertemuan ini juga menegaskan perlunya anggota dari semua komunitas agama untuk memiliki hak yang sama dan tanggung jawab sebagai warga negara di negara masing-masing.
Komite tersebut sepakat melakukan beberapa pokok penting untuk dilanjutkan dalam kerja sama di masa mendatang antara lain, yang pertama yakni menolak segala bentuk ekstremisme dan diskriminasi berdasarkan agama, ras, jenis kelamin dan asal etnis. Selanjutnya poin kedua yakni mendorong pemimpin spiritual untuk bekerja dengan badan-badan nasional yang sesuai dan otoritas untuk meningkatkan presentasi dan pengajaran agama.
Poin ketiga yakni mendukung inisiatif seperti "House of the Family" yang didirikan oleh Al Azhar dan Gereja Ortodoks Koptik di Mesir. Keempat yakni bersama-sama memikirkan cara agar perempuan dapat berkontribusi dan memberi inspirasi bagi perdamaian.
Poin kelima yakni memperkuat keterlibatan orang muda dalam komunitas agama, poin yang terakhir yakni imbauan agar setiap negara menghentikan produksi senjata karena mengancam keamanan semua orang, karena dana yang seharusnya digunakan memproduksi senjata harus dapat digunakan untuk memerangi kemiskinan, kebodohan dan penyakit yang membebani negara miskin dan kaya.
Pada akhir pertemuan, kedua belah pihak sepakat untuk melanjutkan dan mengadakan pertemuan berikut pada tahun 2017 di Kairo, Mesir. (oikoumene.org)
Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...