Diplomat AS Kritik Jurnalis TASS Rusia Menyebarkan Propaganda
SATUHARAPAN.COM-Seorang diplomat senior Amerika Serikat pada hari Jumat (10/6) mengkritik seorang jurnalis dari Kantor Berita TASS Rusia, karena menyebarkan "propaganda" ketika dia mengajukan pertanyaan tentang orang-orang yang "mengantre untuk mendapatkan paspor Rusia" di daerah-daerah di Ukraina.
Seorang reporter dari kantor berita milik negara Rusia meminta Duta Besar AS untuk Organisasi Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) untuk menjelaskan "ribuan orang mengantre untuk mendapatkan paspor Rusia di kota Kherson dan Melitopol, Ukraina, jika kondisi mereka sangat buruk."
Pertanyaan itu jelas merujuk pada dekrit Vladimir Putin yang mengizinkan penduduk Kherson untuk mengajukan kewarganegaraan Rusia, “yang tidak diragukan lagi akan memberikan hak istimewa ekstra kepada mereka yang memilih untuk menerimanya,” kata Duta Besar, Michael Carpenter, selama briefing telepon dikutip Al Arabiya.
Menanggapi pertanyaan jurnalis TASS, Carpenter mengatakan itu terdengar "seperti propaganda."
“Saya belum menerima laporan tentang orang-orang yang mengantri, dan kondisinya sangat buruk. Ketika Anda berbicara tentang tempat seperti Mariupol, di mana bau mayat yang terkubur oleh puing-puing begitu terasa, ada ketakutan bahwa kolera dapat menyebar ke seluruh kota. Ya, kondisi tidak hanya buruk; kondisi benar-benar barbar di beberapa tempat ini,” katanya.
”Maksud saya, Anda melihat gambar dari Bucha tentang warga sipil dengan tangan terikat di belakang, terkadang ditutup matanya, ditembak tepat di kepala. Saya berani mengatakan bahwa, ya, memang, kondisinya mengerikan. Mereka buruk.”
Wartawan yang sama juga meminta duta besar AS untuk mengomentari keputusan baru-baru ini oleh pejabat yang didukung Rusia di Ukraina untuk mengeksekusi dua pejuang Inggris karena berperang dengan pasukan Ukraina. Carpenter menyebut perintah pengadilan itu sebagai bagian dari "pengadilan palsu."
Sebuah pengadilan di Ukraina timur yang diduduki Rusia mendakwa dua pria Inggris dengan tuduhan "terorisme" pada hari Kamis (9/6) dan menjatuhkan hukuman mati kepada mereka bersama dengan seorang warga negara Maroko.
Carpenter mengatakan ketiga pria itu adalah "kombatan yang sah" di tentara Ukraina. “Dan kami menyerukan Rusia dan kuasanya untuk menghormati hukum humaniter internasional, termasuk hak dan perlindungan yang diberikan kepada tawanan perang,” katanya.
Selama briefing telepon pada hari Jumat (10/6), Carpenter mengecam Kremlin karena "mencoba mencaplok Ukraina ke Rusia."
Dia juga menggemakan komentar sebelumnya oleh pejabat AS bahwa Rusia sedang menunggu waktu yang tepat untuk mencoba mencaplok wilayah Kherson kedalam Rusia. Diplomat itu mengatakan referendum palsu adalah salah satu kemungkinan sambil meningkatkan kemungkinan proksi yang didukung Rusia mengajukan petisi ke Moskow untuk aneksasi.
“Jadi, untuk menjadi sangat jelas, penduduk Kherson sama sekali tidak ingin berurusan dengan rezim pendudukan brutal yang coba dipaksakan oleh Rusia. Jadi untuk saat ini, Rusia masih dalam proses mencoba menciptakan kondisi di lapangan untuk langkah aneksasi di masa depan,” kata Carpenter.
Editor : Sabar Subekti
Puluhan Anak Muda Musisi Bali Kolaborasi Drum Kolosal
DENPASAR, SATUHARAPAN.COM - Puluhan anak muda mulai dari usia 12 tahun bersama musisi senior Bali be...