Diplomat Rusia Didakwa Menipu Dana Bantuan Masyarakat Miskin di AS
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM - Puluhan diplomat dan mantan diplomat Rusia serta pasangan mereka yang bertugas di New York didakwa dalam dugaan Pembobolan dana sebesar US$ 1,5 juta (setara Rp 18 miliar). Dana itu untuk program perawatan kesehatan pemerintah yang ditujukan untuk membantu masyarakat miskin, kata jaksa federal Amerika Serikat, hari Kamis (5/12).
Sebanyak 49 terdakwa yang dituduh terlibat dalam penipuan sistematis memalsukan aplikasi untuk mendapat manfaat program perawatan kesehatan AS Medicaid, menurut pengaduan pidana yang dibuka hari Kamis.
Selama periode skema penipuan yang diklaim dari tahun 2004 hingga Agustus 2013, terdakwa dilaporkan memalsukan pendapatan mereka atau curang dengan mengklaim bahwa anak-anak mereka adalah warga negara AS. Hal itu dilakukan untuk memperoleh manfaat Medicaid terkait dengan biaya untuk kehamilan, kelahiran, dan anak-anak, kata tuduhan jaksa.
Selama periode yang sama terdakwa menghabiskan "puluhan ribu dolar" untuk liburan mewah dan membeli jam tangan mahal, pakaian, sepatu dan perhiasan di pengecer mewah seperti Swarovski, Prada, dan Tiffany & Co, kata Kantor Jaksa AS untuk Distrik New York Selatan, Preet Bharara, dalam sebuah pernyataan. “Diplomat adalah kepanjangan tangan negaranya, mestinya tidak mencopet di negara tuan rumah."
Masing-masing terdakwa disebutkan dalam tuduhan sebagai diplomat atau mantan diplomat atau pasangan dari diplomat. Mereka melakukan tindak pidana saat bekerja di New York City pada Misi Rusia ke PBB, konsulat Rusia, atau kantor perwakilan perdagangan, menurut Bharara.
Para terdakwa diduga diperoleh hampir US$ 500.000 dalam penipuan klaim Medicaid, bagian dari total US$ 1,5 juta dalam klaim palsu yang dibuat oleh terdakwa dan puluhan komplotan terdakwa lainnya yang tidak disebutkan dalam dakwaan, kata jaksa.
Tanggapan Rusia
Kedutaan Besar Rusia di Washington mengatakan, hari Kamis bahwa mereka meragukan kebenaran tuduhan itu. "Kami telah diberitahu tentang laporan ini. Ada keraguan serius bahwa tuduhan itu cukup beralasan. Semua laporan ini perlu diperiksa," kata seorang juru bicara kedutaan.
Sebelas dari 49 terdakwa masih tinggal di Amerika Serikat, lima di antaranya bekerja di Misi Rusia untuk PBB dan lima lainnya adalah pasangan dari para diplomat, kata kantor Bharara dalam sebuah pernyataan.
Terdakwa lain yang saat ini berada di Amerika Serikat bekerja di Kedutaan Besar Rusia di Washington, tetapi bekerja untuk Konsulat Rusia di New York. Sisanya 38 terdakwa tidak lagi berada di Amerika Serikat.
Mereka didakwa terlibat persekongkolan melakukan penipuan kesehatan dan konspirasi untuk mencuri dana pemerintah dengan membuat pernyataan palsu. Mereka diancama hukuman maksimal masing-masing 10 tahun ataun lima tahun penjara.
Namun semua terdakwa disebutkan memiliki kekebalan diplomatik, dan tidak ada yang ditangkap, kata, kantor Bharara kepada RIA Novosti, Kamis (5/12).
Bharara menghadapi masalah dengan pemerintah Rusia dalam beberapa tahun terakhir sehubungan dengan ekstradisi dan pengadilan Konstantin Yaroshenko dan Viktor Bout, warga Rusia yang melakukan kejahatan di wilayah AS. Dia ditangkap di negara ketiga dan selanjutnya dibawa ke tahanan AS.
Pada bulan April, Bharara adalah salah satu dari 18 warga AS yang dilarang oleh Moskow memasuki Rusia sebagai tanggapan atas daftar hitam sejumlah warga Rusia oleh AS yang dituduh sebagai pelanggar hak asasi manusia. (ria.ru)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...