Diprotes, Sri Lanka Wajibkan Jenazah Korban COVID-19 Dikremasi
COLOMBO, SATUHARAPAN.COM-Pemerintah Sri Lanka memutuskan untuk mengkremasi jenazah korban yang dites positif mengidap virus corona mengutip tingginya air tanah di negara itu. Keputusan itu dilakukan meskipun ada protes dari komunitas Muslim, dan nasihat dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Sri Lanka adalah di antara beberapa negara yang mengabaikan nasihat WHO dengan tidak menghalangi masuknya orang China ketika wabah COVID-19 berada pada tahap awal.
Menteri Kesehatan Sri Lanka, Pavithra Wanniarachchi, mengatakan bahwa "jenazah seseorang yang telah meninggal atau diduga meninggal akibat... COVID-19 akan dikremasi," seperti dikutip majalah Swarajya, pekan lalu.
Pejabat Sri Lanka membenarkan tindakan untuk mengkremasi jenazah dari orang-orang yang dites positif virus corona. Alasannya, level air tanah yang tinggi, dan itu meningkatkan risiko penyebaran virus.
Di Sri Lanka, 218 telah dites positif untuk virus corona, dan tujuh pasien meninggal. Tiga dari tujuh orang yang meninggal adalah Muslim. Sementara 152 orang telah dirawat di rumah sakit, dan 59 telah pulih.
Protes Muslim
Kongres Muslim Sri Lanka dan beberapa organisasi hak asasi manusia telah memprotes dan mengkritik langkah ini. Namun Perdana Menteri Sri Lanka, Mahinda Rajapaksha, mengatakan bahwa pemerintahnya akan bertindak melihat gambaran yang lebih besar.
Direktur Jenderal Layanan Kesehatan Sri Lanka, Anil Jaisinghe, mengatakan negara kepulauan itu akan mempertimbangkan dampaknya terhadap seluruh masyarakat dengan mengkremasi jenazah.
Menurut Al Arabiya, protes komunitas Muslim itu karena kremasi bertentangan dengan keyakinan mereka. Pada 11 April pemerintah Sri Lanka mewajibkan kremasi bagi semua korban wabah virus COVID-19. Disebutkan bahwa ini adalah satu-satunya negara di dunia yang melakukannya.
Larangan itu dibuat ketika negara itu bersiap untuk peringatan setahun serangan bom Paskah, di mana kelompok teroris Islam menargetkan gereja dan hotel, menewaskan 257 orang, kebanyakan dari mereka adalah orang Kristen. Minoritas Muslim Sri Lanka telah mengalami pelecehan yang meningkat sejak serangan dahsyat itu.
Kasus Gereja Misionaris Philadelphia
Majalah Swarajya melaporkan bahwa Gereja Misionaris Philadelphia bulan lalu juga menyelenggarakan acara yang dihadiri banyak jemaat. Namun, dan tindakan oleh pihak berwenang yang membantu mencegah wabah meluas di negara pulau itu.
Namun India TV melaporkan bahwa Paul Satkunarajah, pendeta itu dites positif terinfeksi virus corona, tetapi melarikan diri ke Swiss. Kemudian Pemerintah Sri Lanka mengkarantina semua 240 orang yang menghadiri acara itu.
Setidaknya tujuh dari mereka ditemukan terinfeksi Covid-19. Sisanya, yang awalnya dites negatif, kini dites positif untuk virus itu.
Editor : Sabar Subekti
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...