Dirilis Agustus, Film “Ben Hur” Tampilkan Yesus
SATUHARAPAN.COM - Paramount Pictures dan MGM siap meluncurkan film Ben Hur pada 19 Agustus mendatang. Namun, penggemar film epos berlatar belakang sejarah keagamaan itu di Indonesia masih harus bersabar, karena film yang berkisah tentang sosok Judah Ben Hur itu baru diluncurkan di wilayah Amerika Serikat.
Kisahnya memang bukanlah kisah baru. Film ini, sama dengan film-film Ben Hur sebelumnya, dibuat berdasarkan novel karya Lew Wallace yang ditulis pada 1880, Ben-Hur: A Tale of the Christ.
Film yang diadaptasi dari buku yang sama pernah dibuat pada 1925 dan pada 1959, dengan nama sama, Ben Hur. Film produksi 1959, dibintangi aktor yang sangat terkenal pada masa itu, Charlton Heston, dan menjadi tontonan wajib penggemar film generasi Baby Boomers.
Bedanya dengan versi lama, dalam Ben Hur versi baru yang merupakan hasil pengadaptasian ulang, interpretasi baru dan citra baru ini, penonton juga akan merasakan pengaruh langsung Yesus Kristus dalam kehidupan keimanan sosok Judah Ben Hur. Selain itu, “rasa” kekinian juga dapat dirasakan melalui latar belakang musik garapan King & Country.
Ben Hur produksi 2016 merupakan hasil garapan sutradara Timur Bekmambetov, berdasarkan skenario yang ditulis oleh Keith Clarke dan John Ridley, dan dibintangi Jack Huston, Morgan Freeman, Toby Kebbell, Nazanin Boniadi, dan Rodrigo Santoro. Pengambilan gambar dimulai pada 2 Februari 2015 di Roma, Italia, memakan waktu penyelesaian enam bulan, pada Agustus 2015.
Film berkisah tentang pengkhianatan Messala, saudara angkat, yang membuat Judah Ben Hur, pria terpandang, kehilangan hak-haknya, dipisahkan dari keluarga dan Esther, perempuan yang dia cintai, berkelana sebagai budak belian.
Perjalanannya sebagai budak membawa langkahnya bertemu Ilderim, yang di kemudian hari menjadi mentornya, dan belajar membangun kekuatan untuk meluapkan balas dendam kepada Messala melalui sarana adu balap dengan kereta kuda yang sangat mematikan. Namun, perjumpaannya dengan Yesus mengubahkan segalanya. Dendam kesumat yang berkerak selama dalam pembuangan sebagai budak belian, meluruh tanpa sisa. Hati Judah dipenuhi rasa kasih dan pengampunan.
Kisah Ben Hur versi 2016 diawali dengan petikan dari Kitab Yeremia 40:4, “Maka sekarang, lihatkah aku melepaskan engkau hari ini dari belenggu yang ada pada tanganmu itu. Jika engkau suka untuk ikut pergi dengan aku ke Babel, marilah! Aku akan memperhatikan engkau. Tetapi jika engkau tidak suka untuk ikut pergi dengan aku ke Babel, janganlah pergi! Lihat, seluruh negeri ini terbuka untuk engkau: engkau boleh pergi ke mana saja engkau pandang baik dan benar”.
Christian Post menyebutkan Ben-Hur versi 20016 memang lebih religius. Dalam film, Yesus dihadirkan dalam beberapa kali perjumpaan dengan Judah.
Tema Abadi, Gema Universal
Sutradara Timur Bekmambetov mengaku ragu-ragu ketika pertama kali dihubungi untuk menggarap film yang sebelumnya sudah pernah dibuat itu. Bukan hanya punya catatan rekor dalam hal jumlah penonton, Ben Hur yang dibintangi Charlton Hestonjuga punya catatan bagus dalam raihan Oscar, penghargaan tertinggi dalam industri perfilman Hollywood.
Dalam wawancara dengan Christian Post dia mengatakan, "Film Ben Hur produksi 1959 bukan sekadar film. Namun, tercatat dalam sejarah perfilman sebagai fenomenal, yang memberikan pengaruh besar dalam budaya abad ke-20,” katanya.
"Itu pula sebabnya, begitu saya ditawari untuk menggarap film yang sudah pernah dibuat sebelumnya, terpikir untuk menolaknya. Namun, produser Sean Daniel meyakinkan saya untuk membaca skenario, yang membuat saya akhirnya berbalik mengiyakan, mengingat kisah yang luar biasa ini. Bukan saja aksi laga yang bakal mengesankan, namun juga kekuatan masing-masing karakternya dan makna yang dikandungnya. Walaupun harus mengambil latar belakang ribuan tahun lalu, emosi karakter dan aksi di dalamnya masih tetap relevan dan merupakan gema yang sangat universal.”
Penulis skenario John Ridley meyakinkan kisah Ben Hur walaupun sudah pernah difilmkan pada 1959, masih relevan di dunia modern saat ini. “Sebut Ben Hur, orang cenderung hanya mengingat Charlton Heston dan balapan kereta kuda. Namun, orang lupa, karakter Ben Hur adalah karakter abadi, karakter klasik. Dia bukan tipe pendendam. Jadi, memperbandingkan karakter Ben Hur dan Messala itulah yang menjadi alasan kami untuk mengangkat kisah ini lagi, dan lagi, dengan penekanan lebih pada konflik personal antara dua orang yang sebelumnya bersahabat dan membawanya ke klimaks dalam balapan kereta kuda,” ia menambahkan.
“Tema film yang menguras emosi, tentang balas dendam versus memaafkan, sangatlah abadi. Konflik dari karakter di dalamnya masih relevan hingga saat ini, sama seperti kisah yang terjadi pada era Romawi 1880, ketika Lew Wallace menulis novel tersebut,” kata produser Daniel.
“Itu kehidupan alami, yang tidak berubah.”
Editor : Sotyati
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...