Dirjen WTO Puji Langkah Jokowi Reformasi Ekonomi Indonesia
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Direktur Jenderal World Trade Organization (WTO), Roberto Azevedo, mengapresiasi peranan Indonesia yang sangat baik di kancah WTO. Salah satunya dalam penyelenggaran Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-9 WTO di Provinsi Bali tahun 2013 silam, dinilai sangat luar biasa.
“Dirjen WTO memberikan apresiasi kepada pemerintah Indonesia atas peranan Indonesia yang sangat baik di kancah WTO,” kata Menteri Perdagangan, Thomas Lembong, dalam keterangan pers ikut bersama Presiden Joko Widodo menerima kunjungan Direktur Jenderal WTO di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, berdasarkan keterangan tertulis Tim Komunikasi Presiden yang diterima satuharapan.com, hari Rabu (13/4).
“Beliau menyampaikan apresiasi kepada bapak Presiden atas peranan Indonesia yang sangat konstruktif di WTO, antara lain tiga tahun yang lalu ada KTT WTO di Bali. Itu keberhasilannya luar biasa,” dia menambahkan.
Menurutnya, WTO juga memberikan pujian atas agenda reformasi ekonomi yang saat ini sedang dilakukan di Indonesia. Dirjen WTO secara khusus menyebutkan bahwa reformasi perekonomian di Indonesia dapat menjadi contoh bagi negara lain.
Selain apresiasi tersebut,Thomas menjelaskan, pertemuan Jokowi dengan Dirjen WTO juga membicarakan tentang kondisi terkini perdagangan dunia sekaligus melaporkan hasil dari “10th Ministerial Conference” yang telah dilaksanakan di Kota Nairobi, Kenya, tanggal 19 Desember 2015 silam.
Dia juga menyampaikan, pertemuan dengan Dirjen WTO juga dimanfaatkan oleh Jokowi untuk menjelaskan upaya-upaya pemerintah Indonesia untuk memperbaiki kondisi perekonomian, salah satunya dengan cara deregulasi.
“Bapak Presiden juga menerangkan kepada Azevedo mengenai program deregulasi dan 11 paket kebijakan yang sudah diterbitkan. Kira-kira itu inti pembicaraan tadi,” ucap Thomas.
Ketika ditanya oleh awak media apakah upaya-upaya tersebut dilihat secara positif oleh WTO, Thomas menjelaskan bahwa posisi Indonesia cukup istimewa di mata WTO karena Indonesia berada di antara negara besar dan kecil sehingga bisa menjembatani semua negara anggota.
“Posisi Indonesia cukup istimewa karena kita negara yang besar namun tidak meraksasa, menjadi anggota G20 tetapi masih termasuk dalam negara berkembang. Jadi kita pas berada di tengah-tengah antara negara besar dengan negara kecil, negara kaya dengan negara berkembang. Jadi kita bisa bicara dengan semua. Oleh karena itu membuat posisi Indonesia menjadi istimewa dan strategis,” tutur Thomas.
Editor : Bayu Probo
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...