Disabilitas Laring Makin Rentan di tengah Pandemi COVID-19
SATUHARAPAN.COM-Koordinator dan instruktur pelatih Perhimpunan Wicara Esofagus Indonesia, Helena Liswardi, mengatakan penyandang disabilitas laring semakin rentan terdampak COVID-19 karena fasilitas sarana dan prasarana yang belum memadai.
"Penyandang disabilitas laring juga mengalami diskriminasi kerja dan rentan di-PHK, serta belum mendapat perhatian yang memadai dari pemerintah," kata Helena dikutip Antara. Dia berbicara dalam sebuah seminar daring yang diadakan Koalisi Nasional Masyarakat Sipil untuk Pengendalian Tembakau yang diikuti di Jakarta, hari Jumat (3/7).
Menurut Helena, beberapa masalah yang dihadapi para penyandang disabilitas laring setelah pandemi COVID-19 melanda Indonesia adalah panduan yang minim dalam menghadapi COVID-19 dan tidak ada masker khusus leher bagi disabilitas laring.
Selain itu, karena terdapat pembatasan layanan di rumah sakit, jadwal pengobatan dan pemeriksaan para penyandang disabilitas juga terganggu dan mereka sulit mendapatkan rujukan.
"Penyandang disabilitas laring juga tidak mendapatkan pendapatan atau pendapatannya menurun, ada yang belum mendapatkan bantuan sosial, dan latihan terapi wicaranya terhambat," tuturnya.
Disabilitas laring terjadi ketika kotak suara yang mengandung pita suara diangkat akibat kanker laring yang biasanya terjadi karena perilaku merokok. Operasi pengangkatan kotak suara tersebut meninggalkan lubang di bagian leher.
Karena kotak suara diangkat, maka penyandang disabilitas laring mengalami gangguan wicara. Untuk dapat berbicara, penyandang disabilitas laring menggunakan esofagus untuk mengeluarkan suara melalui lubang yang ada di lehernya.
Biasanya perlu latihan dengan bimbingan terapis agar penyandang disabilitas laring bisa berbicara menggunakan esofagus
Editor : Sabar Subekti
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...