Diserang Pemberontak, 100 Polisi Perbatasan Myanmar Melarikan Diri ke Bangladesh
DHAKA, SATUHARAPAN.COM-Lebih dari 100 anggota Polisi Penjaga Perbatasan Myanmar telah meninggalkan pos mereka dan berlindung di Bangladesh untuk menghindari pertempuran antara pasukan keamanan Myanmar dan tentara etnis minoritas, kata seorang pejabat badan perbatasan Bangladesh pada hari Senin (5/2).
Ini adalah pertama kalinya pasukan Myanmar diketahui melarikan diri ke Bangladesh sejak aliansi tentara etnis minoritas di Myanmar melancarkan serangan terhadap pemerintah militer akhir tahun lalu.
Shariful Islam, juru bicara Penjaga Perbatasan Bangladesh, mengatakan pasukan Myanmar masuk selama dua hari terakhir selama pertempuran dengan Tentara Arakan di negara bagian Rakhine, Myanmar yang berbatasan dengan Bangladesh.
Ke-103 tentara tersebut masuk melalui perbatasan Tombru di distrik Bandarban, katanya. “Mereka telah dilucuti dan dibawa ke tempat yang aman,” katanya.
Pemerintah militer Myanmar belum memberikan komentar mengenai hal ini.
Juga pada hari Senin, media Bangladesh mengatakan dua orang: seorang perempuan Bangladesh dan seorang pengungsi Rohingya, tewas dalam penembakan dari Myanmar setelah sebuah rumah di Bandarban diserang.
Menteri Hukum Bangladesh, Anisul Huq, mengatakan kepada Parlemen bahwa Perdana Menteri Sheikh Hasina telah menginstruksikan penjaga perbatasan militer dan paramiliter untuk bersabar dalam menangani ketegangan di perbatasan.
“Bangladesh mengamati situasi ini dengan cermat dan langkah-langkah akan diambil,” kata dia seperti dikutip kantor berita United News of Bangladesh.
Menteri Luar Negeri Bangladesh, Hasan Mahmud, mengatakan pada hari Senin bahwa Duta Besar Myanmar untuk Bangladesh, U. Aung Kyaw Moe, dan Wakil Menteri Luar Negeri, U. Lwin Oo, mengatakan kepada Kementerian Luar Negeri Bangladesh bahwa mereka akan mengambil kembali pasukan mereka yang berlindung di Bangladesh.
Kementerian juga mengirimkan “note verbale” kepada utusan Myanmar di Dhaka, yang memprotes peluru dan mortir dari Myanmar yang mendarat di Bangladesh.
Tentara Arakan adalah sayap militer etnis minoritas Rakhine yang mencari otonomi dari pemerintah pusat Myanmar. Kelompok ini telah menyerang pos-pos militer di negara bagian barat tersebut sejak November.
Mereka adalah bagian dari aliansi tentara etnis minoritas yang melancarkan serangan pada bulan Oktober dan memperoleh wilayah strategis di timur laut Myanmar yang berbatasan dengan China. Keberhasilannya dipandang sebagai kekalahan besar bagi pemerintahan militer, yang merebut kekuasaan dari pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi pada Februari 2021 dan kini terlibat dalam perang saudara yang luas.
Aliansi tersebut, yang disebut Aliansi Tiga Persaudaraan, mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Senin bahwa Tentara Arakan telah menyerang dua pos perbatasan di kotapraja Maungdaw di negara bagian Rakhine dan merebut salah satu dari mereka pada hari Minggu.
Khaing Thukha, juru bicara Tentara Arakan, mengatakan bahwa pertempuran berlanjut pada hari Senin di pos terdepan kedua.
Bangladesh berbatasan dengan Myanmar sepanjang 271 kilometer (168 mil) dan menampung lebih dari satu juta pengungsi Muslim Rohingya, banyak di antara mereka yang melarikan diri dari Myanmar yang mayoritas penduduknya beragama Budha sejak Agustus 2017 ketika militer Bangladesh melancarkan “operasi pembersihan” brutal terhadap mereka. serangan yang dilakukan oleh kelompok pemberontak. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Jakbar Tanam Ribuan Tanaman Hias di Srengseng
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Suku Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Jakarta Barat menanam sebanyak 4.700...