Ditemukan Gua di Bulan, Diperkirakan Dapat Menampung Para Penjelajah di Masa Mendatang
CAPE CANAVERAL-FLORIDA, SATUHARAPAN.COM-Para ilmuwan minggu ini mengonfirmasi adanya gua di bulan, tidak jauh dari tempat di mana Neil Armstrong dan Buzz Aldrin mendarat 55 tahun lalu, dan menduga bahwa ratusan gua lainnya dapat menjadi rumah masa depan untuk pada astronot.
Sebuah tim yang dipimpin orang Italia melaporkan pada hari Senin pekan lalu bahwa terbukti ada gua yang cukup besar dapat diakses dari lubang terdalam yang diketahui di bulan. Gua ini berlokasi di Laut Ketenteraman, hanya 400 kilometer dari situs pendaratan Apollo 11.Lubang itu, seperti 200 lubang lainnya yang ditemukan di sana, terbentuk karena runtuhnya tabung lava.
Para peneliti menganalisis pengukuran radar oleh Lunar Reconnaissance Orbiter NASA dan
membandingkan hasilnya dengan tabung lava di bumi. Penemuan mereka muncul di jurnal
Nature Astronomy.
Data radar tersebut hanya mengungkap bagian awal dari rongga bawah tanah, menurut para
ilmuwan. Mereka memperkirakan ukurannya setidaknya selebar 40 meter dan panjangnya
puluhan meter, atau bahkan lebih.
“Gua bulan telah menjadi misteri selama lebih dari 50 tahun. Ini adalah hal yang menyenangkan
untuk akhirnya dapat membuktikan keberadaannya,” menjadi salah satu hal yang dituliskan
dalam sebuah surel oleh Leonardo Carrer dan Lorenzo Bruzzone dari Universitas Trento.
Kebanyakan dari lubang-lubang tersebut berlokasi di dataran larva purba bulan, menurut para
ilmuwan. Mungkin juga ada beberapa di kutub selatan bulan, sebuah lokasi yang direncanakan
NASA untuk menjadi tempat pendaratan astronot pada akhir dekade ini. Kawah di sana diyakini
menyimpan air beku yang dapat menyediakan air minum dan bahan bakar roket.
Selama program Apollo NASA, 12 astronot mendarat di bulan, dimulai dari Armstrong dan Aldrin pada 20 Juli 1696.
Penemuan ini memperkirakan bahwa di sana terdapat ratusan lubang di bulan dan ribuan tabung lava. Tempat-tempat seperti itu dapat digunakan sebagai penampungan alami bagi para astronot, melindungi mereka dari sinar kosmik dan radiasi matahari serta dari hantaman mikrometeorit. Membangun habitat dari awal akan memakan banyak waktu dan menantang, sekalipun telah memperhitungkan potensi kebutuhan memperkuat dinding gua untuk mencegah keruntuhan, kata tim tersebut.
Batu-batuan dan material lain di dalam gua-gua ini—yang tidak berubah oleh kondisi permukaan yang keras selama ribuan tahun—juga dapat membantu para ilmuwan lebih memahami bagaimana bulan berevolusi, terutama yang melibatkan aktivitas vulkaniknya. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Jaktim Luncurkan Sekolah Online Lansia
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Timur meluncurkan Sekolah Lansia Onl...