Ditemukan Sisa Bangunan Gereja Para Rasul di Betsaida
YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM-Beberapa abad yang lalu, sebuah tembok tanpa pintu didirikan dan mungkin dengan tujuan menyembunyikan basilika Kristen abad kelima yang terkenal, menurut sebuah tim arkeolog Israel dan Amerika yang menemukan bangunan itu.
Sementara itu, alasan di balik pembangunan tembok, serta identitas pembangunnya, tetap menjadi misteri, namun para peneliti mengatakan bahwa sekarang mereka dapat yakin bahwa basilika itu diidentifikasi sebagai Gereja Para Rasul yang hilang di Betsaida, sebagaimana disebutkan dalam kronik oleh uskup Bavaria Willibald yang mengunjungi daerah itu untuk berziarah pada tahun 724 Masehi.
Alkitab Perjanjian Baru menggambarkan Betsaida sebagai tempat kelahiran tiga Rasul, Murid Yesus, yaitu Petrus, Andreas dan Filipus, tempat di tepi Danau Galilea. Menurut Kitab Injil, Yesus melakukan beberapa mukjizat di sana.
Para rasul yang diutus Yesus memberi tahu semua yang telah mereka lakukan. Dia juga membawa mereka secara pribadi ke sebuah kota bernama Betsaida. Ketika orang banyak mengetahui tentang hal itu, mereka mengikutinya, dan dia menyambut mereka, dan berbicara kepada mereka tentang kerajaan Allah, dan menyembuhkan mereka yang perlu disembuhkan, seperti diungkapkan di Injil Lukas.
Selama lebih dari satu abad, para peneliti telah menawarkan beberapa saran situs arkeologi yang dapat diidentifikasi sebagai kota yang hilang, termasuk sebuah bukit yang dikenal sebagai A-Tel di Taman Jordan yang digali oleh Prof. Rami Arav dari Universitas Omaha, Nebraska.
Namun, tim arkeolog lain dari Kinneret Institute for Galilee Archaeology di Kinneret College, dan Nyack College, New York, yang dipimpin oleh Prof. Mordechai Aviam dan Prof. Steven Notley, telah menjelajahi daerah yang dikenal sebagai Beit HaBek (Al-Araj) di pantai utara Kinneret, berdasarkan deskripsi Willibald.
“Dan dari sana mereka pergi ke Betsaida, kediaman Petrus dan Andreas, di mana sekarang ada sebuah gereja di lokasi rumah mereka,” tulis uskup itu saat dia melakukan perjalanan di sepanjang pantai Kinneret. “Mereka tinggal di sana malam itu, dan keesokan paginya pergi ke Chorazin, di mana Tuhan kita menyembuhkan orang dari kerasukan para iblis, dan mengirim iblis ke dalam kawanan babi.”
Beberapa dekade kemudian, gempa bumi besar melanda wilayah tersebut dan dinasti penguasa Muslim berubah. Pada periode berikutnya, banyak situs Kristen, dan ingatan akan lokasi persisnya, hilang.
“Pada akhir abad ke-19, Al-Araj sudah dikenal sebagai kandidat kuat untuk kota Bethsaida,” kata Aviam. “Lima tahun lalu, kami memutuskan untuk memeriksa situs dengan benar dan kami mulai menggalinya. Segera kami menemukan lapisan (peninggalan) Romawi yang berasal dari zaman Yesus, menggali rumah, tembikar, koin, dan sebagainya. Sejak awal, beberapa temuan mengarahkan kita tentang harusnya ada gereja di suatu tempat, seperti potongan-potongan mosaik.”
Aviam menegaskan bahwa dengan mempertimbangkan kronik abad ke-8 yang mereka kenal, penting bagi mereka untuk menemukan lokasi gereja.
“Kami ingin membuktikan ceritanya,” katanya, menambahkan bahwa karena Al-Araj berada di tepi danau, sementara A-Tel berjarak sekitar dua kilometer, mereka pikir itu adalah situs yang lebih meyakinkan untuk pemukiman orang-orang Perjanjian Baru.
Memang, sebuah basilika besar ditemukan, sekitar 27x16 meter. “Kami menemukan mosaik, dua prasasti, apses (lengkungan pada altar), semuanya berasal dari periode Bizantium,” kata Aviam. “Gereja itu dibangun pada akhir abad kelima atau awal abad keenam dan mungkin tetap digunakan sampai abad kedelapan.”
Selama musim penggalian terakhir, yang berakhir pekan lalu, para arkeolog menemukan apa yang mereka duga sebagai dinding luar gereja. Namun, mereka terkejut mengetahui bahwa meskipun dinding bertahan hingga ketinggian sekitar satu meter, tidak ada satu pun pintu masuk yang ditemukan.
“Hanya ada dua penjelasan untuk struktur ini,” kata Aviam. “Ada kemungkinan bahwa tembok itu milik struktur selanjutnya yang dibangun di atas kerangka gereja yang sama. Kita tahu bahwa selama periode Tentara Salib di abad ke-13 sebuah pabrik gula beroperasi di lokasi tersebut. Mungkin tembok itu terhubung dengannya. ”
Namun perkiraan kedua membuka misteri yang lebih jauh. “Bisa jadi seseorang memutuskan untuk membangun tembok di sekitar sisa-sisa gereja penting ini untuk memperingatinya atau mungkin menguburnya,” kata Aviam.
Menurut arkeolog, setelah gempa menghancurkan gereja dan karena tidak ada komunitas Kristen yang tinggal di dekatnya atau mengunjunginya, ada kemungkinan seseorang ingin melindungi sisa-sisa bangunan.
Tahun depan, para arkeolog bermaksud untuk menggali di sekitar gereja untuk mencapai fondasi, yang kemungkinan akan membawa mereka untuk menentukan tanggal tembok tersebut. Dan mungkin jawaban untuk beberapa misterinya. (The Jerusalem Post)
Editor : Sabar Subekti
Duta Besar: China Bersedia Menjadi Mitra, Sahabat AS
BEIJING, SATUHARAPAN.COM-China bersedia menjadi mitra dan sahabat Amerika Serikat, kata duta besar C...