Ditolak Pulang ke Negaranya, Ratusan Anggota ISIS Akan Diadili Otoritas Kurdi Suriah
QAMISHLI-SURIAH, SATUHARAPAN.COM-Otoritas yang dipimpin Kurdi di timur laut Suriah mengumumkan pada Sabtu (10/6) bahwa ratusan anggota ISIS yang ditahan di penjara-penjara di sekitar wilayah itu akan diadili setelah negara asal mereka menolak untuk memulangkan mereka.
Pernyataan oleh Administrasi Otonomi Suriah Utara dan Timur mengatakan masih menyerukan pembentukan pengadilan internasional untuk mengadili para pejuang itu. Ia meminta PBB, kelompok hak asasi manusia internasional dan organisasi lokal untuk membantu memfasilitasi persidangan.
Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung Amerika Serikat dan dipimpin Kurdi, menahan lebih dari 10.000 pejuang ISIS yang ditangkap di sekitar dua lusin fasilitas penahanan, termasuk 2.000 orang asing yang negara asalnya menolak untuk memulangkan mereka.
Pernyataan itu mengatakan para pejuang dari sekitar 60 negara telah memasuki Suriah bertahun-tahun lalu dan ditangkap dalam pertempuran melawan ekstremis.
“Organisasi teroris melakukan kejahatan mengerikan dan pembantaian massal terhadap orang-orang di wilayah tersebut,” katanya, menambahkan bahwa tindakan tersebut dianggap sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang. Dikatakan persidangan akan "adil dan transparan sesuai dengan hukum internasional dan lokal yang terkait dengan terorisme."
SDF dan kepolisian Kurdi setempat yang dikenal sebagai Asayesh juga mengawasi sekitar 51.000 anggota keluarga anggotaISIS, kebanyakan perempuan dan anak-anak di kamp al-Hol. Banyak dari anggota keluarga itu tetap menjadi pendukung setia ISIS, dan pembunuhan oleh militan telah terjadi di kamp tersebut selama bertahun-tahun.
Pengumuman hari Sabtu datang dua hari setelah Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, menjadi tuan rumah bersama pertemuan di Arab Saudi para menteri luar negeri dari koalisi global yang memerangi ISIS di mana ia mengumumkan hampir US$ 150 juta dana baru AS untuk upaya stabilisasi di Suriah dan Irak. Kelompok ekstremis itu tidak lagi menguasai wilayah mana pun, tetapi afiliasinya masih melakukan serangan di Afrika, Asia, dan Timur Tengah.
Koalisi Global untuk Mengalahkan ISIS mencakup lebih dari 80 negara untuk mengoordinasikan tindakan melawan ekstremis, yang pada puncaknya menguasai sebagian besar wilayah Suriah dan Irak. Blinken mengatakan janji AS adalah bagian dari pendanaan baru sebesar lebih dari US$ 600 juta.
Blinken tidak merinci, tetapi bantuan AS ke Suriah diperkirakan akan mengalir melalui sekutu Kurdi, PBB atau kelompok bantuan internasional, karena AS dan negara-negara Barat lainnya mempertahankan sanksi terhadap pemerintahan Presiden Suriah Bashar Al Assad.
Otoritas yang dipimpin Kurdi tidak mengatakan di mana tepatnya persidangan akan diadakan atau kapan akan dimulai. Mereka diyakini terjadi di daerah yang dikendalikan oleh SDF di timur laut dan timur Suriah. Militer AS hadir di wilayah yang dikuasai oleh pejuang SDF.
Pada hari tertentu setidaknya ada 900 pasukan AS di Suriah, bersama dengan sejumlah kontraktor yang dirahasiakan. Pasukan AS memberi nasihat dan membantu SDF, termasuk mengamankan fasilitas penahanan, dan mereka juga melakukan misi kontrateror terhadap IS.
Otoritas yang dipimpin Kurdi mengatakan bahwa pertempuran bertahun-tahun melawan ISIS telah menyebabkan 15.000 pejuang SDF tewas dan 25.000 terluka. ISIS secara resmi dikalahkan di Suriah pada Maret 2019, ketika para ekstremis kehilangan sebidang tanah terakhir di bawah kendali mereka, tetapi sel tidur mereka masih melakukan serangan mematikan.
Pekan lalu, SDF mengumumkan telah menyerahkan 50 pejuang ISIS Irak ke Baghdad. Ia juga mengatakan telah memulangkan 170 warga Irak yang tinggal di kamp al-Hol. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...