Doktor UI Teliti Kandungan Antikanker Payudara pada Jamur Tiram
DEPOK, SATUHARAPAN.COM – Penyakit kanker, merupakan penyakit tidak menular, yang jumlah penderitanya menunjukkan peningkatan yang signifikan. Menurut data statistik International Agency for Research on Cancer (IARC Global Can) pada tahun 2012, terdapat 299.700 orang penderita baru kanker di Indonesia setiap tahunnya.
Berdasarkan kelompok umur, angka terjadinya penyakit kanker sebesar 133,5 per 100.000 penduduk per tahun, dengan risiko mendapatkan penyakit kanker sebelum usia 75 tahun sebesar 14 persen. Jumlah kematian akibat penyakit kanker per tahun sebesar 194.500 orang. Data dari Departemen Kesehatan menunjukkan, penyakit kanker menempati urutan ke tujuh, sebagai penyebab kematian di Indonesia, dengan jumlah penderita terbanyak yaitu kanker payudara.
Penyakit kanker, merupakan penyakit yang disebabkan oleh banyak faktor terutama faktor lingkungan (sekitar 80 persen) seperti paparan bahan-bahan karsinogen.
Selain itu faktor genetik, diet/gaya hidup serta lemahnya daya tahan tubuh (imunosupresi) juga turut berperan. Pada dasarnya tubuh mempunyai mekanisme dalam mencegah atau melawan penyakit kanker. Namun, kondisi sistem imun yang rendah, baik karena sering terkena pajanan infeksi, kurang asupan gizi, masuknya polutan maupun zat-zat karsinogen, menyebabkan sistem imun tidak dapat berfungsi optimal dalam menghambat pertumbuhan sel-sel kanker.
Pada umumnya, bahan-bahan alam yang dimanfaatkan untuk antikanker mempunyai sifat sitotoksik atau antioksidan, namun bahan alam yang bersifat imunostimulator belum banyak diteliti di Indonesia. Beberapa jenis jamur dan ekstraknya mempunyai sifat antikanker.
Tertarik melakukan penelitian tentang jamur, Dr Ida Susanti Ssi, Meng dalam disertasinya, meneliti apakah jamur tiram (Pleurotus ostreatus) memiliki zat yang secara preventif dapat meningkatkan imun (daya tahan tubuh) antitumor, menghambat proses karsinogenesis (pembentukan sel kanker), dan menjadi salah satu zat penyembuh dalam menghambat proliferasi sel kanker. Disertasinya tersebut berhasil dipertahankan untuk mendapatkan gelar doktor bidang ilmu biomedik, di Aula Senat Akademik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Pusat pada Rabu (23/9/2015) lalu.
Doktor Ida meneliti, salah satu protein yang ada dalam jamur tiram, yaitu polisakarida – protein (proteoglycans), yang juga disebut sebagai β-glukan.
Zat tersebut, diujikan pada tikus Sprague-Dawley, yang telah diinduksi kanker payudara. Kesimpulan dari penelitian Doktor Ida menunjukkan β-glukan yang ada pada jamur tiram, dapat diberikan kepada pasien dengan kanker payudara, karena zat tersebut dapat secara preventif (sebagai pencegahan) memberikan hambatan karsinogenesis, sehingga menurunkan volume dan jumlah total tumor.
“Penanganan kanker saat ini umumnya berupa tindakan invasif, disertai kemoterapi, radioterapi, dan terapi hormon. Walaupun memiliki keberhasilan, terapi ini memiliki efek samping serta biaya tinggi, selain ada masalah kekambuhan penyakit, karena ada kemungkinan resistensi terhadap obat.
Perlu dicari alternatif lain, untuk mengatasi masalah ini, terutama pada bahan alami yang bersifat imunostimulator (dapat mengaktifkan imun tubuh)”, kata Doktor Ida saat menjelaskan pentingnya meneliti zat imunostimulator pada jamur tiram. (ui.ac.id)
Editor : Bayu Probo
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...