Dolar AS Terus Menguat Pasca Kemenangan Donald Trump
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Nilai tukar dolar AS terus melambung terhadap euro untuk keenam harinya dipicu oleh keyakinan peningkatan belanja di bawah pemerintahan Donald Trump akan mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang pada gilirannya akan membuat bank sentral negara itu menaikkan suku bunga.
Bloomberg mengatakan nilai tukar greenback naik ke level tertinggi sejak Februari menyusul langkah presiden terpilih Trump menetapkan orang-orang yang menempati posisi kunci pemerintahannya untuk mempersiapkan dirinya memasuki Gedung Putih Januari nanti.
Imbal hasil surat berharga AS berjangka waktu 10-tahun melonjak di atas 2 persen untuk pertama kalinya sejak Januari pada pekan lalu, karena ekspektasi akan meningkatnya inflasi. Di sisi lain, nilaitukar Yen terhadap dolar AS menyentuh level terendah dalam lima bulan terakhir, karena pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga Jepang melebihi perkiraan, meredam permintaan terhadap mata uang sebagai perlindungan.
"Dolar menguat bersama dengan kenaikan imbal hasil AS, mencerminkan harapan untuk ekspansi ekonomi dipicu belanja fiskal," kata Yunosuke Ikeda, kepala riset valas di Nomura Holdings Inc di Tokyo.
"Pertumbuhan ekonomi 2 persen Jepang dapat digunakan sebagai alasan bagi BOJ untuk tidak menurunkan suku bunga sementara waktu."
The Bloomberg Dollar Spot Index, yang melacak mata uang AS terhadap 10 mata uang utama, naik 0,3 persen setelah mencapai level tertinggi sejak 3 Februari. Indeks itu naik 2,8 persen pekan lalu, kenaikan mingguan terbesar sejak September 2011.
Dolar menguat 0,8 persen menjadi ¥ 107,45 setelah sempat mencapai 107,59. Ini merupakan penguatan terbesar sejak Juni. Greenback naik 0,5 persen menjadi $ 1,0799 per euro.
Di tempat terpisah, Anggota Dewan Gubernur Bank Sentral Eropa, Jens Weidmann mengatakan kemenangan tak terduga Trump, bersama dengan keluarnya Inggris dari Uni Eropa, mengaburkan prospek pertumbuhan di zona euro. Sementara itu akan ada referendum di Italia dan pemilu di Perancis, Belanda dan Jerman dalam 12 bulan ke depan. Pihak populis di Eropa tampaknya mendapat tambahan dukungan, menurut survei terakhir.
Trader melihat peluang 84 persen bagi The Fed akan meningkatkan suku bunga pada pertemuan bulan Desember, naik dari 76 persen peluang pada hari Jumat sebelum pemilihan presiden 8 November AS.
"Minggu ini adalah tentang memahami apa yang menjadi prioritas kebijakan Donald Trump," kata Sim Moh Siong, ahli strategi mata uang di Bank of Singapore Ltd.
"Ini tentang stimulus fiskal, belanja infrastruktur di satu sisi. Di sisi lain, proteksi perdagangan. Kita perlu memahami bagaimana penekanan dia di salah satu dari hal itu," kata dia.
Tentara Ukraina Fokus Tahan Laju Rusia dan Bersiap Hadapi Ba...
KHARKIV-UKRAINA, SATUHARAPAN.COM-Keempat pesawat nirawak itu dirancang untuk membawa bom, tetapi seb...