Dosen IPB University Temukan Pembunuh Bakteri yang Resisten Antibiotik
BOGOR, SATUHARAPAN.COM – Tahun 1928, Alexander Fleming menemukan antibiotik, untuk mengobati pasien yang terkena infeksi bakteri. Namun, pada tahun 2014, World Health Organization (WHO) menyatakan tidak sedikit kematian warga diakibatkan oleh infeksi bakteri yang tidak dapat dikendalikan dengan baik. Penggunaan antibiotik juga dapat memicu terjadinya resistensi.
Menurut dosen IPB University yang merupakan Guru Besar Tetap Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Prof Dr dr Sri Budiarti, bakteri entheropathogenic E coli (EPEC) ditemukan pada 55 persen feses anak penderita diare. Sebanyak 50 persen dari bakteri EPEC ini resisten terhadap antibiotik berspektrum luas. Selain EPEC, bakteri pathogen (Proteus mirabilis, penyebab infeksi saluran kemih/ISK), juga resisten terhadap antibiotik.
“Banyaknya temuan bakteri yang resisten terhadap antibiotik membuat pakar-pakar kesehatan mencari solusi untuk mencegah terjadinya peningkatan resistensi antibiotik yang telah ada. Dalam riset yang kami lakukan, kami berhasil menemukan virus yang mampu membunuh bakteri patogen yang resisten antibiotik. Virus pembunuh bakteri itu disebut bakteriofag litik. Temuan ini telah mendapatkan paten pada tahun 2018 terkait inovasi proses produksi dan formula,” katanya, dalam konferensi pers pra Orasi Ilmiah Guru Besar di IPB International Convention Center (IICC), Bogor Kamis (9/1), yang dilansir ipb.ac.id, pada Jumat (24/1).
Prof Dr dr Sri Budiarti, yang juga merupakan dosen di Departemen Biologi, Divisi Mikrobiologi, dalam menyampaikan orasi ilmiahnya di auditorium Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, pada Sabtu, 11 Januari 2020, yang berjudul “Strategi Menghadapi Infeksi Bakteri Resisten Antibiotik”, mengungkapkan, resistensi bakteri patogen terhadap antibiotik telah menjadi salah satu masalah serius di dunia karena dapat menyebabkan tingginya mortalitas dan kerugian ekonomi, khususnya di negara-negara berkembang. Oleh karena itu, perlu adanya strategi efektif dalam menghadapi permasalahan ini.
Prof Sri melanjutkan, bersamaan dengan pengembangan vaksin, bakteriofag dianggap sebagai salah satu alternatif yang menjanjikan untuk menangani penyakit infeksi bakteri patogen yang resisten terhadap berbagai antibiotik. Prof Sri dan timnya, telah berhasil mengisolasi dan mengkarakterisasi beberapa bakteriofag litik, yang dapat menghambat pertumbuhan beberapa bakteri pathogen secara spesifik, antara lain Klebsiella pneumoniae, Proteus mirabilis, Enteropathogenic Escherichia coli (EPEC), Uropathogenic E. coli (UPEC), Photobacterium damsaleae, Staphylococcus aureus, dan Salmonella spp.
Di masa yang akan datang, bakteriofag litik dapat dikembangkan sebagai cocktail atau konsorsium untuk menghadapi penyakit infeksi.
Puluhan Anak Muda Musisi Bali Kolaborasi Drum Kolosal
DENPASAR, SATUHARAPAN.COM - Puluhan anak muda mulai dari usia 12 tahun bersama musisi senior Bali be...