Dosen UGM Masyhuri Raih Adhikarya Pangan Nusantara 2014
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Persoalan ketahanan, kemandirian, serta kedaulatan pangan, tidak cukup dengan adanya harga yang bagus ataupun kemajuan teknologi. Perluasan lahan, pendidikan serta keluarga berencana, punya andil untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
Pernyataan tersebut dikemukakan Prof Dr Ir Masyhuri, dosen Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), yang meraih Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara 2014 untuk kategori peneliti di bidang pelayanan ketahanan pangan, 26 Desember lalu.
Kesejahteraan petani tentu harus didukung lahan yang luas, sementara itu, menurut Masyhuri seperti dikutip ugm.ac.id, secara nasional rata-rata kepemilikan lahan pertanian petani hanya 0,3 hektare.
Terkait pendidikan, petani di Indonesia juga rata-rata hanya berpendidikan sampai bangku sekolah dasar. Ia berharap petani maupun keluarganya bisa mengecap pendidikan minimal hingga SMA agar bisa mengembangkan usaha hingga luar daerah.
Masyhuri dikenal giat dalam penelitian stok optimal cadangan beras. Ia turut serta dalam merancang Perda No 1/2014 tentang Produk Segar Asal Tumbuhan di Daerah Istimewa Yogyakarta.
“Saya berkecimpung dalam penelitian, pemberdayaan, pengabdian masyarakat yang berdampak pada petani, masyarakat, mulai di tingkat petani, lokal, regional, nasional, dan internasional,” kata Masyhuri kepada satuharapan.com, Kamis (15/1) malam.
Sejak lama ia melakukan penelitian, pembinaan, dan pendampingan petani agar mampu melaksanakan budidaya pertanian yang baik, termasuk pendampingan yang mengantar para petani salak pondoh biasa menjadi petani level ekspor.
Sumbangsihnya yang berdampak internasional ia wujudkan dalam aktivitas penelitian yang mendukung pentingnya fasilitas perdagangan, sehingga Artnet UNESCAP (Asia-Pacific Research Training Network on Trade – United Nations Economic and Social Commission, Jaringan Pelatihan Penelitian Perdagangan Asia-Pasifik – Komisi PBB untuk Bidang Sosial Ekonomi) kemudian membuat kebijakan global tentang fasilitas perdagangan.
Masyhuri juga menyumbangkan pemikiran akan pentingnya keamanan pangan (food security) sehingga mendukung SEARCA (Southeast Asian Regional Center for Graduate Study and Research in Agriculture) membuat penelitian payung food security. “Penelitian-penelitian dapat berlanjut karena selain mandiri, juga atas biaya universitas, biaya pemda, pemerintah pusat, hingga biaya lembaga internasional,” Masyhuri menambahkan.
Bangga atas Perhatian Pemerintah
Penghargaan di bidang ketahanan pangan ini merupakan agenda kegiatan tahunan yang disampaikan oleh Presiden RI selaku Ketua Dewan Ketahanan Pangan. Berbagai inovasi dan kreasi masyarakat yang berhasil dalam penyelenggaraan ketahanan pangan mendapat perhatian pemerintah. Penghargaan diberikan kepada masyarakat perseorangan, kelompok masyarakat/kelembagaan masyarakat, perusahaan/swasta, dan aparatur pemerintah yang telah memberikan upaya dan menghasilkan karya yang luar biasa dalam mewujudkan ketahanan pangan.
Masyhuri mengaku bangga atas pemberian penghargaan tersebut. Ia menilai ada perhatian pemerintah terhadap berbagai penelitian yang ia lakukan selama ini.
“Berarti pemerintah memberikan perhatian. Mudah-mudahan ada manfaat dan kontribusi nyata,” kata Masyhuri di kantornya, Laboratorium Agrobisnis, Fakultas Pertanian UGM, kepada ugm.ac.id.
“Maknanya, apa yang saya lakukan selama ini, pendidikan, penelitian, dan pengabdian saya, dinilai sangat berarti bagi upaya meningkatkan ketahanan pangan, kemandirian pangan, dan kedaulatan pangan, yang punya nilai lebih dibandingkan nominasi lain,” kata Masyhuri kepada satuharapan.com.
Dan, bagi Masyhuri, penghargaan itu bukan yang pertama. Pada 1990, misalnya, dia terpilih sebagai dosen teladan tingkat nasional.
Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara disampaikan Presiden Joko Widodo di area persawahan Balai Besar Penelitian Tanam Padi, Sukamandi, Subang, Jawa Barat. Selain Masyhuri, Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara 2014 juga diberikan kepada Bupati Kulon Progo dr H Hasto Wardoyo SpOG (K), dan Dra Ani Widayani, Kepala Desa Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul.
Editor : Sotyati
Awas Uang Palsu, Begini Cek Keasliannya
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Peredaran uang palsu masih marak menjadi masalah yang cukup meresahkan da...