DPR Ngotot Bangun Gedung Baru, Alasan Bangun Perpustakaan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR- RI) Ade Komarudin mengatakan, pembangunan Gedung DPR RI dan perpustakaan merupakan kebutuhan yang mendesak.
Sebab, kata Ade gedung lama sudah tidak cukup menampung anggota DPR RI.
“Kan bisa satu gedung. Mungkin bisa berapa lantai untuk perpustakaan dan sisanya ruang kerja anggota parlemen yang tidak tertampung di sini, penuh sesak di Nusantara I,” kata Ade di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, hari Selasa (22/3).
Selain itu, kata Ade dalam pembahasan APBN Perubahan 2016 anggaran gedung baru tetap akan dianggarkan.
“Saya yakin optimis sudah ada. Salah satunya kita upayakan dari tax amnesty,” kata dia.
Selain itu Ade memastikan pembangunan gedung baru dan perpustakaan tidak akan kena program moratorium yang diajukan oleh Presiden Joko Widodo.
“Sudah selesai itu. Saya cek sudah disetujui oleh pemerintah. Anggarannya juga sudah ada. Sudah dialokasikan,” kata dia.
Untuk itu, kata Ade berencana membangun perpustakaan sebesar se-Asia Tenggara itu demi mewujudkan rencananya.
“Nanti akan membicarakan perihal pembangunan itu ke dalam rapat pimpinan dalam waktu dekat ini,” kata dia.
âªSedangkan, kata Ade untuk anggaran pembangunan gedung perpustakaan terbesar itu, dapat diambil dari anggaran pembangunan gedung DPR. Pasalnya anggarannya bersifat multi years.
âªIa yakin pembangunan tersebut akan disetujui oleh pemerintah karena negara akan mendapatkan anggaran besar jika undang-undang tax amnesty sudah diberlakukan. Negara akan mendapat dana besar dari pengampunan pajak.
⪔Kalau kita punya niat baik untuk republik ini bisa lah. Makanya kita bahas tax amnesty, untuk mengatasi masalah yang kita hadapi. Dengan tax amnesty dibahas oleh DPR,” katanya.
Dalam mengusulkan perpustakaan DPR ini ada beberapa tokoh disampaikan Rizal Mallarangeng bersama sejumlah tokoh lainnya kepada Ketua DPR Ade Komarudin dan Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah.
Tokoh yang menemui pemimpin DPR selain Rizal Mallarangeng adalah ilmuwan sosial Ignas Kleden, pengamat Islam dan agama sekaligus politikus Partai Demokrat Ulil Abshar Abdalla, novelis sekaligus budayawan Ayu Utami, aktivis sosial budaya Nong Darol Mahmda, pegiat budaya atau pionir pustaka pedesaan Nirwan Arsuka, serta dosen universitas Paramadina Lutfhi Assyaukanie.
Sejumlah tokoh itu menamai diri sebagai cendekia. Pertemuan antara sejumlah tokoh dengan pemimpin DPR itu berlangsung tertutup, sekitar pukul 10.00 hingga pukul 12.30 WIB. Setelah pertemuan, mereka menggelar konferensi pers bersama.
Dalam konferensi pers itu, Rizal Mallarangeng menjelaskan kepada awak media tentang gagasan pembangunan perpustakaan umum parlemen tersebut dengan layar dan senter laser.
Dalam presentasinya, Rizal memamerkan perpustakaan megah milik Singapura atau National Library Singapore. Selain itu, dia juga memamerkan perpustakaan yang dimiliki Freedom Institute.
Menurut Rizal, perpustakaan nasional yang dimiliki Singapura saat ini merupakan perpustakaan terbesar se-Asia Tenggara.
“Masa sih kita enggak bisa membangun perpustakaan yang sangat baik,” kata Rizal Mallarangeng
Dia berpendapat, parlemen Indonesia layak memiliki perpustakaan umum yang lebih dari Singapura, sehingga bisa menjadi perpustakaan terbesar se-Asia Tenggara nantinya.
“Modelnya nanti bukan perpustakaan biasa, karena ini (Parlemen) lembaga terhormat, juga perpustakaannya bisa dibanggakan dengan fasilitas,” kata dia.
Menurut dia, pemimpin DPR menyambut positif gagasan yang diusulkan dirinya bersama sejumlah tokoh lainnya itu tentang proyek perpustakaan megah parlemen. “Kelihatannya gayung bersambut, mudah-mudahan ketemu jalannya, kita serahkan ke pimpinan dewan bagaimana perwujudannya,” kata dia.
Sementara itu, ilmuwan sosial Ignas Kleden mengatakan proyek perpustakaan umum parlemen itu suatu mendesak dan relevan. Dikatakan Ignas, perpustakaan itu bisa membawa hawa positif di kalangan wakil rakyat.
“Bagaimana mengharapkan perilaku DPR yang lebih maju, salah satunya dengan menciptakan lingkungan yang lebih cendekia,” kata dia.
Dalam kesempatan sama Ignas mengatakan, pembangunan perpustakaan itu merupakan juga suatu pembangunan infrastruktur.
“Infrastruktur bukan hanya buka jalan, proyek kereta cepat, MRT (Mass Rapid Transit), tapi juga ini (Perpustakaan) buka jalan pikiran, bukan hanya untuk anggota DPR tapi juga untuk masyarakat umum,” kata dia.
Lebih lanjut dia berpendapat, sudah selayaknya Indonesia memiliki perpustakaan terbesar se-Asia Tenggara.
Adapun anggaran yang diperlukan untuk pembangunan perpustakaan umum parlemen itu, mereka menyerahkan sepenuhnya kepada pemimpin DPR.
“Mengenai dananya, kami menyerahkan ke bapak-bapak berwenang, ini proyek mercusuar bukan simbolik,” kata novelis sekaligus budayawan Ayu Utami.
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...