DPRD Palangkaraya Ajak Pemuda Posistif Artikan Valentine Day
PALANGKARAYA, SATUHARAPAN.COM - Ketua DPRD Kota Palangkaraya, Sigit K. Yunianto mengingatkan kalangan pemuda di daerah itu untuk tidak menyalahartikan Hari Kasih Sayang (Valentine's Day) yang jatuh setiap 14 Februari dengan melakukan tindakan negatif.
"Saya minta masyarakat, khususnya kaum muda-mudi, lebih memaknai secara universal tentang Hari Kasih Sayang itu dengan hal yang positif, bukan dengan sebaliknya," katanya di Palangkaraya, Kamis (13/2).
Politikus PDI Perjuangan itu, mengatakan perilaku mengasihi dan menyayangi tidak harus dilakukan pada setiap Valentine's Day, tetapi bisa diwujudkan setiap hari.
Misalnya, kata Sigit, seorang suami menunjukkan kasih sayang yang tinggi kepada istrinya, anak menunjukkan rasa bakti yang istimewa kepada orang tuanya saat peristiwa itu.
"Momen tahunan itu bisa dijadikan tradisi di kalangan masyarakat 'Kota Cantik' Palangkaraya, khususnya kaum muda, lebih mengarah ke sisi positif, bukan negatif," katanya.
Sigit juga mengakui masih ada oknum tertentu yang menyalahartikan Hari Valentine dengan mengarah ke sisi negatif dan mengambil kesempatan tersebut untuk berbuat yang tidak semestinya.
"Secara pribadi saya tidak mempersoalkan generasi muda yang merayakan Hari Valentine. Asalkan, perayaannya tidak berimplikasi pada hal-hal yang melanggar aturan dan norma. Sepanjang wujud dan implementasi makna kasih sayang itu positif, menurut saya sah-sah saja," ucap Ketua DPRD Palangkaraya selama tiga periode itu.
Warga Jalan RTA Milono Palangka Raya, Nurlina, mengatakan tidak ada hal spesial pada Hari valentine, sebab kasih sayang bisa diwujudkan setiap hari.
"Saya menilai Hari Valentine bukan tradisi dan budaya bangsa Indonesia. Namun, tradisi orang luar negeri yang diikuti seluruh dunia sebagai Hari Kasih Sayang," katanya.
Menurut dia, bangsa Indonesia memiliki banyak tradisi dan budaya luhur dan berakar pada nilai dan norma agama yang menjadi jati diri bangsa.
Tidak semua kebiasaan yang berasal dari luar, kata dia, sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia.
"Hal Inilah yang harus dijaga dengan baik. Untuk itu, perlu adanya kesadaran masyarakat yang seutuhnya," kata mahasiswi di salah satu universitas swasta di Kota Palangkaraya itu. (Ant)
PALANGKA RAYA, SATUHARAPAN.COM - Ketua DPRD Kota Palangka Raya, Sigit K. Yunianto mengingatkan kalangan pemuda di daerah itu untuk tidak menyalahartikan Hari Kasih Sayang (Valentine's Day) yang jatuh setiap 14 Februari dengan melakukan tindakan negatif.
"Saya minta masyarakat, khususnya kaum muda-mudi, lebih memaknai secara universal tentang Hari Kasih Sayang itu dengan hal yang positif, bukan dengan sebaliknya," katanya di Palangka Raya, Kamis (13/2).
Politikus PDI Perjuangan itu, mengatakan perilaku mengasihi dan menyayangi tidak harus dilakukan pada setiap Valentine's Day, tetapi bisa diwujudkan setiap hari.
Misalnya, kata Sigit, seorang suami menunjukkan kasih sayang yang tinggi kepada istrinya, anak menunjukkan rasa bakti yang istimewa kepada orang tuanya saat peristiwa itu.
"Momen tahunan itu bisa dijadikan tradisi di kalangan masyarakat 'Kota Cantik' Palangka Raya, khususnya kaum muda, lebih mengarah ke sisi positif, bukan negatif," katanya.
Sigit juga mengakui masih ada oknum tertentu yang menyalahartikan Hari Valentine dengan mengarah ke sisi negatif dan mengambil kesempatan tersebut untuk berbuat yang tidak semestinya.
"Secara pribadi saya tidak mempersoalkan generasi muda yang merayakan Hari Valentine. Asalkan, perayaannya tidak berimplikasi pada hal-hal yang melanggar aturan dan norma. Sepanjang wujud dan implementasi makna kasih sayang itu positif, menurut saya sah-sah saja," ucap Ketua DPRD Palangka Raya selama tiga periode itu.
Warga Jalan RTA Milono Palangka Raya, Nurlina, mengatakan tidak ada hal spesial pada Hari valentine, sebab kasih sayang bisa diwujudkan setiap hari.
"Saya menilai Hari Valentine bukan tradisi dan budaya bangsa Indonesia. Namun, tradisi orang luar negeri yang diikuti seluruh dunia sebagai Hari Kasih Sayang," katanya.
Menurut dia, bangsa Indonesia memiliki banyak tradisi dan budaya luhur dan berakar pada nilai dan norma agama yang menjadi jati diri bangsa.
Tidak semua kebiasaan yang berasal dari luar, kata dia, sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia.
"Hal Inilah yang harus dijaga dengan baik. Untuk itu, perlu adanya kesadaran masyarakat yang seutuhnya," kata mahasiswi di salah satu universitas swasta di Kota Palangka Raya itu. (Ant)
Beijing Buka Dua Mausoleum Kaisar Dinasti Ming untuk Umum
BEIJING, SATUHARAPAN.COM - Dua mausoleum kaisar di Beijing baru-baru ini dibuka untuk umum, sehingga...