Dua Ilmuwan Perempuan Raih Penghargaan Nobel untuk Kimia
SWEDIA, SATUHARAPAN.COM - Penghargaan Nobel bidang kimia, dianugerahkan pada Rabu (7/10) untuk pertama kalinya kepada dua perempuan.
Kedua peneliti itu mengembangkan sebuah metode CRISPR-Cas9 - yang memungkinkan para peneliti untuk lebih mudah mengubah DNA pada hewan, tanaman, dan mikroorganisme.
Penelitian oleh Emmanuelle Charpentier dan Jennifer A. Doudna diterbitkan pada 2012, temuannya menjadi lebih baru dibandingkan dengan beberapa penelitian pemenang Nobel, yang umumnya baru diberi penghargaan setelah beberapa puluh tahun kemudian.
"Saya sangat gembira dan terkejut," kata Doudna, seorang profesor di Universitas California, Berkeley, pada konferensi pers pada Rabu (7/10).
Lima perempuan sebelumnya telah memenangkan penghargaan Nobel dalam bidang kimia. Ini adalah pertama kalinya tim yang semuanya perempuan menang.
Pada 1911, Marie Curie memenangkan penghargaan bidang kimia, delapan tahun setelah dia menjadi wanita pertama yang memperoleh hadiah Noble untuk karyanya di bidang fisika.
Charpentier, perempuan Prancis berusia 51 tahun yang memimpin Unit Max Planck untuk Iptek Patogen di Berlin mengatakan, meskipun ia menganggap dirinya sebagai ilmuwan pertama dan terpenting, “itu mencerminkan fakta bahwa iptek menjadi lebih modern dan melibatkan lebih banyak pemimpin perempuan."
Metode CRISPR-Cas9 adalah metode yang digunakan untuk menyunting gen di lokasi tertentu, memungkinkan para ilmuwan memanipulasi kekurangan yang menjadi penyebab utama banyak penyakit.
Gangguan genetik seperti penyakit anemia sel sabit (sickle cell) dan kebutaan dari keturunan, bisa disembuhkan dengan menggunakan teknologi ini.
Para ilmuwan menggunakannya untuk menciptakan tanaman baru dan berharap ternak yang punah juga dapat diciptakan kembali. (VOA)
Penguasa Baru Suriah: Pemerintah Transisi Tidak Boleh Mengec...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Hadi al-Bahra, kepala Koalisi Nasional Suriah yang mengelompokkan penentan...