Dua Remaja Perempuan Meninggal Setelah Disunat di Afrika
FREETOWN, SATUHARAPAN.COM - Seorang remaja perempuan meninggal setelah menjalani sunat di Sierra Leone, kata polisi pada hari Kamis (18/8), hanya beberapa hari setelah kematian seorang anak perempuan berusia 10 tahun di Guinea.
Praktik sunat perempuan (female genital mutilation/FGM) tersebar di berbagai negara di Afrika barat, dengan sekitar 90 persen perempuan di Sierra Leone dan Guinea menjalani sunat.
Remaja Fatmata Turay (19) meninggal setelah dia disunat dalam sebuah upacara inisiasi di desa Mabolleh di Sierra Leone utara dan tiga wanita yang terlibat, termasuk bibi sang remaja, telah ditangkap, kata polisi.
“Akan ada penyelidikan mengenai penyebab kematian anak ini,” kata Wakil Menteri Urusan Sosial, Rugiatu Turay.
Kematiannya terjadi hanya beberapa hari setelah seorang anak perempuan berusia 10 tahun di Makpozou, wilayah hutan di selatan Guinea, meninggal dalam situasi yang sama, menurut Kementerian Aksi Sosial Guinea.
Anak itu meninggal di sebuah kamp sunat untuk remaja perempuan, kata kementerian.
Pemerintah Guinea mendesak masyarakat yang mempraktikkan FGM untuk “berhenti mengorbankan anak perempuan,” dan mengatakan mereka berkomitmen akan melawan “praktik keji” tersebut.
Diperkirakan 140 juta anak perempuan dan wanita di seluruh Afrika, Timur Tengah dan Asia, terdampak FGM yang bertujuan sebagai pintu gerbang ke pernikahan dan cara menjaga kesucian. (AFP)
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...