Dunia Fantasi Jeppe Eisner dalam “Visions & Reality”
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Dua puluh sembilan lukisan tunggal, satu lukisan series, dan satu karya lukis-instalasi dalam gaya realis-surealis karya seniman asal Copenhagen-Denmark Jeppe Eisner dipresentasikan di dua lantai Studio Kalahan.
Pameran bertajuk “Visions & Reality” dibuka pada Minggu (29/2) malam.
Dalam gaya realis-surealis, Jeppe lebih banyak melakukan pembacaan atas nuansa-suasana dengan mengembangkan fantasi atas pilihan obyek-obyek: binatang, dunia bawah, dan juga lanskap alam menjadi sebuah potret sosial yang memperbincangkan banyak hal. Impresi fantasi tersebut terekam pada hampir keseluruhan karya lukisnya.
Obyek-obyek ganjil kerap muncul dalam karya-karya lanskapnya “My Friend Julius”, “Old Oak”, “The Roots”, “Spring Time”, ataupun “Bernhard and Ballerina” yang lebih banyak merekam lanskap tanah kelahirannya dengan vegetasi sub-tropis.
Pada karya berjudul “The Moon” dan “Not a Fairytale” Jeppe seolah melepaskan fantasinya pada wajah bulan dan kuda bertanduk satu dalam mitologi Unicorn.
Saat tinggal di Bali Jeppe lebih banyak mengeksplor alam-tradisi Bali sehingga lahir karya lukisan Ubud series dalam gaya realis-ekspresionis “Now and Than Ubud”, “Coffee for the Monkey Ubud”, “Old Ubud”, “Ubud Door”, “Ubud Flower Girl”, “Ubud Lava”, “Ubud Market”, “Ubud Spirit”, “Ubud Thunder” yang keseluruhannya menangkap nuansa (impresi) alam, manusia, dan tradisinya, termasuk satu lukisan berjudul “The Last News” dengan obyek-figur empat penari Bali yang sedang membaca bersama kabar-berita dari telepon genggam yang dipegangnya.
Meski begitu Jeppe tidak terlepas dalam membaca realitas yang telah dan sedang terjadi. Di atas kanvas berukuran 105 cm x 200 cm, Jeppe menggoreskan cat poster dan cat minyak dengan tiga obyek-figur binatang: beruang kutub, koala, dan gorila. Pada karya berjudul “Baby Gorille Fuck Finger” tersebut Jeppe melukiskan koala di atas kobaran api, beruang yang sedang menyelam di dinginnya lautan es kutub yang mulai mencair, dan raut muka kebingungan gorila dengan mengacungkan jari tengahnya.
Perubahan iklim akibat aktivitas manusia (antropogenik/anthropogenic) dalam mengeksploitasi sumberdaya alam hari ini berdampak nyata terhadap kerusakan lingkungan. Satwa-satwa liar itulah yang merasakan dampak langsung dari kerusakan tersebut, dan ketika daya dukung lingkungan semakin meminggirkan mereka, pada satu titik mereka berada pada ujung kepunahan. Kebakaran hutan dan lahan yang hebat melanda Australia pada tahun ini telah menewaskan puluhan ribu koala, walabi, wombat, kangguru, serta satwa liar lainnya yang terjebak dalam kepungan api dan tidak bisa menyelamatkan diri. Peningkatan perilaku kanibalisme beruang kutub yang memakan anaknya sendiri akibat meningkatnya temperatur di kutub dan berkurangnya jumlah mangsa anjing laut.
Bagaimana dengan manusia? Di titik lain, bencana alam yang terjadi akhir-akhir ini di berbagai belahan dunia sesunggunhya pun telah menjadi bencana kemanusiaan: banjir, tanah longsor, angin puting beliung, dan juga kebakaran hutan-lahan. Suka tidak suka, hari ini manusia telah pada titik nadir serius: darurat lingkungan hidup.
Apa jadinya kehidupan manusia ketika dunia terhubung telah berada dalam genggaman monyet? Realitas itulah yang ditangkap Jeppe dalam karya “Telephone for the Monkey”. Tiga figur monyet masing-masing sedang membawa gawai pintar telepon seluler menjadi kritik Jeppe terhadap realitas hari ini dimana gawai pintar seolah telah menjelma menjadi nyawa dan kebutuhan dasar bagi seluruh perikehidupan. Perkembangan teknologi informasi telah mengubah banyak hal termasuk relasi manusia dengan sesamanya. Kritik Jeppe menukik pada realitas hari ini: penyikapan yang tidak tepat, di hadapan gawai pintar manusia dan monyet tidak ada bedanya.
Pameran tunggal Jeppe Eisner bertajuk “Visions & Reality” di Studio Kalahan Jalan Patukan 50 RT 1 RW 20, Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta berlangsung hingga 7 Maret 2020.
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...