Dunia Makin Menakutkan
Agama pun (kadang) menjadi sesuatu yang menakutkan.
SATUHARAPAN.COM – Planet yang kita huni makin menakutkan saja. Tiada hari tanpa kejadian yang membuat ciut nyali kita. Pertikaian berdarah di berbagai belahan dunia tidak pernah berakhir. Aksi-aksi kekerasan merebak di mana-mana. Nyawa manusia seperti tak berharga sama sekali. Dan yang lebih menyedihkan, sebagian besar peristiwa yang membuat hati miris itu dilatarbelakangi agama. Ironis, agama yang mestinya membuat penganutnya memiliki hati yang lemah lembut, pewarta kasih, pembawa damai, justru menjadikan manusia sebagai penyebar teror. Agama pun (kadang) menjadi sesuatu yang menakutkan.
Semua agama mengklaim sebagai pembawa damai, penganjur kasih, menghargai perbedaan, menghormati sesama manusia. Dan klaim ini bisa dibuktikan dengan ayat-ayat yang terdapat dalam setiap kitab suci agama mana pun. Namun, sering kali kenyataan sehari-hari sunguh berbeda. Sekelompok massa dengan mengatasnamakan agama bisa dengan mudah mengganggu, bahkan menghalangi orang lain beribadah. Berdalih menjaga kesucian bulan puasa, sekelompok orang tidak risih merampas dan menjungkirbalikkan dagangan seseorang yang membuka warung di siang hari. Alasan mereka, warung yang terbuka itu mengusik kekhusyukan orang yang sedang menjalankan puasa. Padahal, siapa bisa jamin kalau oknum aparat yang bertindak galak itu betul-betul sedang berpuasa?
Namun, begitulah yang terjadi apabila orang-orang menganggap kalau puasa itu hanya soal tidak makan dan tidak minum. Mereka tidak memahami bahwa ada hal yang lebih besar dan mulia dari sekadar berpantang makan dan minum sepanjang hari. Dengan berpuasa, seseorang dididik untuk juga mampu menahan emosi, mengendalikan amarah, menundukkan nafsu. Karena itu, seyogianya apabila seseorang yang sedang menjalankan ibadah puasa menemukan hal-hal yang menurutnya ”salah”, hendaklah dia dengan bijaksana dan sabar mengingatkannya. Sebab bila seseorang itu benar-benar beriman, dia harus memiliki rasa sabar dan kasih terhadap semua orang. Ingat, puasa itu juga mengendalikan emosi.
Sebagai sesama manusia, kita hanya bisa saling menasihati, mengingatkan, dan mendoakan. Sebagai umat manusia yang sederajat di mata Tuhan, kita tidak bisa menghakimi orang lain, apalagi menghukum orang lain dengan kekerasan gara-gara kita anggap melanggar hukum Tuhan. Sebab siapakah kita ini yang merasa punya wewenang membela kekuasaan Tuhan? Tuhan menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya. Tuhan menginginkan manusia ciptaan-Nya itu untuk hidup saling mengasihi, bukan untuk saling menyakiti, apalagi saling melenyapkan.
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
Dampak Childfree Pada Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama membeberkan sejumlah dam...