Duterte Kembali Menghina Obama
MANILA, SATUHARAPAN.COM - Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, kembali menghina Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, setelah beberapa waktu ia menyebut presiden negara adidaya itu 'bajingan.
Ketika berpidato pada hari Selasa (4/10), Duterte mengucapkan 'pergi saja kau ke neraka (you can go to hell),' pernyataan yang ia tujukan kepada Obama.
Sejauh ini, menurut catatan New York Times, ini merupakan makian paling keras terhadap presiden AS itu dari Duterte, menanggapi kritik AS atas kampanye anti-narkobanya yang telah menelan korban tewas 3000 orang.
Lebih jauh, Duterte juga mengancam akan memutuskan hubungan dengan AS sementara pada bagian lain pidatonya, ia juga mengecam Uni Eropa, yang turut mengeritik kebijakan antinarkobanya, dengan mengatakan, "lebih baik memilih api penyucian, neraka penuh."
Sejak menjadi presiden pada bulan Juni, Duterte telah memiliki hubungan yang tidak nyaman dengan AS. Ia berniat meningkatkan hubungan dengan Tiongkok dan Rusia, menyimpang dari tradisi kebijakan luar negeri Filipina yang sangat menyandarkan diri pada AS.
Kebijakan antinarkobanya yang menghalalkan pembunuhan tanpa proses hukum telah menimbulkan kekhawatiran PBB, Uni Eropa, Amerika Serikat dan lembaga pemerhati HAM.
Dalam pidato di depan sebuah konvensi yang dihadiri oleh pejabat lokal dan eksekutif bisnis, Duterte menguraikan kekecewaannya kepada AS, - yang meminta pemerintahnya untuk menghentikan pembunuhan dan mempertanyakan apakah HAM dilanggar dalam kampanye antinarkoba itu.
Duterte menggambarkan Washington sebagai sekutu yang tidak dapat diandalkan, dan mengatakan bahwa pasukan Filipina tidak mendapat manfaat dari latihan tempur gabungan dengan tentara AS.
"Alih-alih membantu kita, orang pertama yang mengeritik adalah Departemen Luar Negeri AS, sehingga pergi ke neraka, Obama, Anda bisa pergi ke neraka," kata Duterte. Kemudian menyikapi Uni Eropa, ia berkata: "Lebih baik masuk api penyucian, neraka penuh."
Dalam pidato kemudian di sebuah sinagoga di kota Makati di metropolis Manila, Duterte memperingatkan ia bisa saja memutuskan untuk "putus hubungan dengan AS," sebuah ancaman paling serius sejauh ini kepada negara Paman Sam.
"Akhirnya saya mungkin, dalam waktu, saya akan putus dengan AS," kata dia.
"Saya lebih suka pergi ke Rusia dan Tiongkok," kata Duterte.
Editor : Eben E. Siadari
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...