Dwi Kewarganegaraan

SATUHARAPAN.COM – Arcandra Tahar dan Gloria Natapraja Hamel menjadi viral di tengah-tengah kesibukan bangsa merayakan kemerdekaannya. Arcandra Tahar diberhentikan dengan hormat dari posisi menteri, sedangkan Gloria, yang sempat diberhentikan, akhirnya diizinkan presiden untuk menunaikan tugasnya selaku anggota paskibraka.

Arcandra memiliki paspor negara asing. Menurut peraturan perundang-undangan, seorang Warga Negara Indonesia dengan sendirinya kehilangan kewarganegaraan RI jika yang bersangkutan mempunyai paspor atau dokumen sejenis paspor dari negara lain atas namanya. Kewargaan ganda bagaimanapun juga akan membuat seseorang diragukan kesetiaannya karena pastilah dia akan berada pada posisi dilematis berkait dengan kepentingan kedua negara itu—menguntungkan yang satu dan merugikan yang lainnya.

Lain halnya dengan Kekristenan. Setiap kristen mempunyai dua kewarganegaraan. Orang Kristen adalah warga Kerajaan Allah sekaligus warga negara dunia. Keduanya melekat dan tak terpisahkan. Setiap Kristen tak boleh hanya menganggap dirinya warga Kerajaan Allah atau hanya warga negara di dunia.

Hanya menganggap diri warga Kerajaan Allah mungkin akan membuat kita apatis, tak peduli dengan persoalan bangsanya. Sebaliknya, jika hanya menganggap diri Warga Negara Indonesia, kita mungkin lupa bahwa Tuhan Semesta Langit, Raja Segala Raja, berdaulat atas jalannya sejarah. Kita menjadi liar, tak punya arah yang jelas. Kita tak punya harapan atas bangsa ini.

Pemahaman tentang kewargaan ganda ini akan menjauhkan diri kita dari mengkritik tanpa dasar melainkan memberikan masukan yang relevan bagi bangsa Indonesia. Kita tidak akan membiarkan bangsa ini berjalan tanpa arah sebaliknya menentukan arah bangsa ini. Kita akan menjunjung tinggi kebenaran, keadilan, dan kasih serta menunjukkan kemarahan atas ketidakbenaran, ketidakadilan, penindasan, dan lainnya.

Dwi kewarganegaraan mendorong kita berpartisipasi aktif demi kesejahteraan negara ini.

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro