E-voting Pangkas Biaya Pilkada Hingga 50 Persen
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Badan Pengkajian dan Pengembangan Teknologi (BPPT) memperhitungkan penghematan biaya pemilihan kepala daerah (pilkada) hingga 50 persen apabila menggunakan sistem pemungutan suara elektronik (e-voting).
“Mesin-mesin ini (alat e-voting) bisa bergantian digunakan di kabupaten. Bisa hemat biaya 50 persen, lumayan, berapa yang dihemat dari pilkada yang dilaksanakan lebih dari 400 kali,” kata Direktur Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK) BPPT Hamman Riza di Jakarta, Senin (22/9).
Menurut dia, penggunaan e-voting jika dilihat secara tangible maka biaya pilkada menjadi lebih murah. Sedangkan secara intangible maka kepercayaan masyarakat tumbuh atas proses pilkada itu karena proses yang akuntabel, cepat, dan akurat.
Harapannya, penggunaan alat e-voting untuk pemilu akan mendorong penyediaannya oleh industri nasional, sekaligus membuka kesempatan industri dalam negeri.
Ia mengatakan, investasi yang dibutuhkan per unit e-voting minimal mencapai Rp 10 juta. Namun ia meyakini jika produksi alat tersebut telah dilakukan secara massal maka harga akan lebih rendah.
“Untuk pemilihan kepala desa (pilkades) biasanya digunakan dua mesin e-voting saja. Sedangkan untuk tingkat nasional atau pemilu diperkirakan dibutuhkan 550.000 alat e-voting,” ujar dia.
Chief Engineer Reporting Program Pemilu Elektronik (e-voting) BPPT Faisol Ba`abdullah mengatakan, pemilihan jenis perangkat e-voting juga dapat memengaruhi biaya investasi pelaksanaan pemungutan suara elektronik.
“Kalau India bisa tekan harga produksi alatnya jadi murah karena pakai perangkat Embedded EVM yang special request, produksi massal alat ini bisa menekan harga produksi. Kalau sistem Direct Record E-Voting (DRE) yang mengarah ke open standard, memang bisa saja jatuh lebih mahal,” ujar dia.
Meski demikian, menurut dia, alat e-voting dengan sistem Embedded EVM tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk kegiatan lain, sedangkan sistem DRE yang memanfaatkan perangkat dari berbagai vendor dapat dimanfaatkan untuk kegiatan lain.
Dengan memanfaatkan sistem Embedded EVM tersebut India mampu melaksanakan pemilu dengan biaya 0,6 dolar AS per pemilih. Brasil menghabiskan dana sekitar lima dolar AS per pemilih, sedangkan Swiss menghabiskan dana 0,38 dolar AS per pemilih.
“Sedang dalam simulasi penggunaan e-voting yang kita lakukan dana yang dihabiskan Rp 12.000 hingga Rp 16.000 per pemilih,” ujar dia. (Ant)
Artikel terkait pemilu elektronik dapat Anda baca di:
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...