Ebola Tewaskan 56 Orang dalam Dua Hari
JENEWA, SATUHARAPAN.COM - Virus Ebola menewaskan 56 orang hanya dalam dua hari, sehingga jumlah total korban tewas akibat virus mematikan tersebut mencapai 1.069 orang, menurut laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO), pada Rabu (13/8).
Jumlah korban tewas melonjak drastis pada periode 10 hingga 11 Agustus.
Jumlah orang yang terinfeksi Ebola naik, hingga 128 orang dalam dua hari, sehingga jumlah kasus infeksi virus tersebut kini mencapai 1.975 kasus, ujar WHO.
Korban tewas dan kasus terbaru tersebut, berasal dari empat negara Afrika barat, yang mengalami dampak terparah wabah Ebola sejak virus itu pertama kali ditemukan empat dekade silam.
Liberia mencatat 71 kasus baru dan 32 korban tewas baru, sementara Sierra Leone melaporkan 53 kasus baru dan 19 korban tewas, menurut data terbaru WHO.
Guinea, lokasi awal mula merebaknya wabah Ebola pada awal tahun ini, mencatat empat kasus baru dan empat korban tewas baru.
Nigeria mendata Ebola kembali merenggut satu korban jiwa, sehingga jumlah total korban tewas mencapai tiga orang di negara tersebut, namun WHO menurunkan jumlah kasus di Nigeria dari 13 kasus menjadi 12 kasus.
Kanada Sumbang Vaksin Tangkal Ebola
Sementara itu, Pemerintah Kanada akan menyumbangkan sedikitnya 1.000 dus vaksin eksperimen untuk memerangi penyebaran virus Ebola di kawasan barat Afrika.
Langkah Kanada ditempuh setelah WHO mengizinkan penggunaan obat yang masih dalam tahap eksperimental demi menyembuhkan pasien pengidap Ebola.
Dr Gregory Taylor, Wakil Kepala Badan Kesehatan Publik Kanada, memandang vaksin-vaksin itu sebagai sumber daya global.
Dia mengaku telah mendapat saran untuk menyisihkan vaksin-vaksin itu kepada petugas medis di kawasan barat Afrika, mengingat risiko mereka terpapar virus itu cukup tinggi.
Kanada telah mengingatkan, vaksin-vaksin yang akan dikirim dan diberikan kepada petugas medis hanya pernah diujikan kepada hewan, bukan manusia.
Lepas dari fakta itu, berdasarkan laporan wartawan BBC di Toronto, Lee Carter, jumlah sumbangan Kanada itu pun kurang berdampak signifikan. Sejumlah pakar memperkirakan, diperlukan upaya selama sekitar empat bulan hingga enam bulan, untuk membuat kuantitas yang cukup besar demi mencegah penyebaran Ebola.
Sebelumnya, dalam pertemuan para pakar WHO di Jenewa, Swiss, pada Senin (11/8) lalu, WHO memutuskan “menawarkan intervensi-intervensi tanpa pengetahuan akan efek samping dan keefektifannya sebagai potensi pengobatan atau pencegahan adalah tindakan etis.”
Keputusan tersebut, diambil tatkala Pemerintah Liberia mengaku, telah meminta sampel obat percobaan Zmapp kepada Pemerintah AS.
Zmapp telah digunakan kepada dua relawan kemanusiaan asal AS yang terjangkit Ebola. Saat ini, keduanya telah menunjukkan tanda-tanda pemulihan, walau belum jelas apakah kondisi itu disebabkan Zmapp. (AFP/BBC/Ant)
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...